Page 223 - Keistimewaan Yogyakarta yang Diingat dan yang Dilupakan
P. 223

Keistimewan Yogyakarta
            yatnya. Pembagian lokasi pemukiman yang dikelilingi benteng
            merupakan bagian dari rumah tangga keraton yang difungsi-
            kan untuk melengkapi dan membantu urusan-urusan dalam
                    1
            keraton.  Kajian terhadap struktur tata ruang kota Yoyakarta
            menunjukan bahwa sumbu lokasi struktur itu membujur da-
            lam satu garis lurus dari selatan ke utara yang menghubungkan
            lokasi-lokasi penting; Parangkusumo, Panggung Krapyak,
            Keraton, Tugu, Gunung Merapi. Tempat-tempat itu tidak
            hanya ruang fisik yang netral tetapi merupakan lokasi-lokasi
            penting dalam struktur kebudayaan keraton dan masyarakat.
            Dari jalur selatan-utara ini awal pertumbuhan kota Yogyakarta
            dimulai yang disusul dengan arah timur-barat ketika jaringan
            transportasi dan infrastruktur pendukungnya berkembang
            sejak abad-19.  Persebaran pemukiman pada waktu-waktu
                         2



            1  Pembagian ruang itu seturut dengan keahlian masing-masing kelompok.
             Sebagai contoh, kampung Kemitbumen menjadi tempat tinggal abdi dalem
             kemitbumi  yang bertugas sebagai pembersih keraton. Kampung Siliran
             sebagai tempat tinggal para para silir yaitu mereka yang bertugas mengurusi
             penerangan keraton. Kampung Gamelan, tempat tinggal abdi dalem yang
             mengurusi kuda keraton. Kampung Patehan, tempat tinggal abdi dalem yang
             bertugas menyiapkan minuman teh keraton. Kampung Nagan, tempat tinggal
             abdi dalem penabuh gamelan keraton. Kampung Suronatan, tempat tinggal
             abdi dalem yang betugas dalam urusan keagamaan. Tatanan kampung di
             luar garis benteng juga megikuti pola yang sama tetapi lebih pada pemba-
             gian pekerjaan dan pembedaan etnis. Kalangan profesional, administratur
             pemerintahan, dan prajurit tinggal di luar garis batas benteng keraton ter-
             masuk di dalamnya mereka yang dipilah dalam etnis tertentu seperti Madu-
             ra yang tinggal di kampung Meduran dan Cina yang tinggal di kampung yang
             disebut Pecinan, lihat Djoko Suryo “Penduduk dan Perkembangan Kota Yog-
             yakarta (1900-1990)” dalam Freek Colombijn, dkk. Kota Lama, Kota Baru;
             Sejarah Kota-kota di Indonesia,  (Yogyakarta: Ombak, 2008) hlm. 36
            2  ibid., hlm.31.

            200
   218   219   220   221   222   223   224   225   226   227   228