Page 27 - Keistimewaan Yogyakarta yang Diingat dan yang Dilupakan
P. 27

Keistimewan Yogyakarta
            dan bagaimana meletakkan semangat otonomi daerah dan
            desentralisasi dalam konteks keistimewaan Yogyakarta. 1
            Keberadaan keraton yang secara historis telah melakukan
            integrasi ke pangkuan Republik Indonesia seringkali dijadikan
            basis legitimasi status keistimewaan yang disandang
            Yogyakarta.
                Dalam konteks ini, di masyarakat muncul tiga kelompok.
            Pertama, kelompok yang menganggap bahwa keistimewaan
            Yogyakarta terletak pada kepemimpinan gubernur dan wakil
            gubernur yang berasal dari lingkungan Kesultanan dan
            Kadipaten Pakualaman. Kedua, kelompok yang menyatakan
            perlunya proses pemilihan gubernur dan wakil gubernur
            secara kompetitif. Ketiga, kelompok transformatif. Kelompok
            ini ciri khasnya selalu menempatkan konteks kepemimpinan
            pada hubungan kontraktual antara yang memimpin dengan
            yang dipimpin.
                Mengenai politik pertanahan, praktik penguasaan tanah
            di Yogyakarta sampai saat ini masih berlaku model atau sistem
            apanage. Sistem penguasaan ini menempatkan segala sesuatu
            yang ada di dalam kerajaan sebagai domein kerajaan. Rakyat
            tidak bisa memiliki tanah kecuali diberi oleh kerajaan. Undang-
            Undang Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960 telah memperhatikan
            penghormatan dan penghargaan atas hukum adat yang ada
            dan hidup di tengah-tengah masyarakat. Terkait dengan
            sistem apanage di wilayah vorstenladen ini, dan dihadapkan
            pada kondisi sosial-ekonomi masyarakat serta adanya jaminan




            1  Lihat, Abdur Rozaki & Titok Hariyanto, Membongkar Mitos Keistimewaan
             Yogyakarta. (Yogyakarta: Ire Press, 2003).

            4
   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32