Page 31 - Keistimewaan Yogyakarta yang Diingat dan yang Dilupakan
P. 31
Keistimewan Yogyakarta
menganut sistem suksesi kepemimpinan kerajaan yang turun
temurun. Keinginan ini dihadapkan pada kenyataan bahwa
demokrasi menjadi satu sistem yang harus dipraktikkan secara
nasional dalam kerangka kehidupan berbangsa dan bernegara
tanpa melihat unsur kedaerahan.
Ada tiga pendapat yang muncul berkaitan dengan sistem
suksesi kepemimpinan lokal DIY. Pendapat pertama
menginginkan gubernur diangkat dari keraton sedangkan pen-
dapat kedua mengatakan bahwa gubernur dipilih secara lang-
sung melalui sistem pemilihan yang demokratis. Bagi kelom-
pok yang mendukung gubernur harus dari keturunan sultan
menganggap bahwa sultan Yogyakarta memiliki kekuasan asal
sebagai unsur yang melekat dalam kerajaan. Dengan adanya
hak kekuasaan yang melekat itu maka sultan secara otomatis
menjadi kepala pemerintahan di DIY.
Kelompok kedua menilai bahwa sultan sebagai pemilik
kekuasan tradisional harus dijauhkan dari politik praktis yang
justru akan menyulitkan posisinya. Dengan menempatkan sul-
tan sebagai gubernur, keterlibatannya dalam aktivitas peme-
rintahan keseharian akan membuatnya bersentuhan dengan
keputusan-keputusan yang kontroversial. Sebagai Sultan yang
menjadi panutan, keputusan-keputusan yang kontroversial
itu justru akan menurunkan wibawa dan martabat kesultanan-
nya.
Sedangkan pendapat ketiga mencari jalan tengah yaitu
dengan menempatkan sultan sebagai raja yang tidak terlibat
jauh dalam urusan politik praktis. Tetapi pada dirinya diberikan
hak veto dalam menetapkan hal-hal penting, utamanya yang
menyangkut kepentingan masyarakat luas.
Tulisan ini akan melihat bagaimana wacana ‘keistimewa-
8