Page 28 - Keistimewaan Yogyakarta yang Diingat dan yang Dilupakan
P. 28

Pendahuluan

               dan sekuritas pada faktor-faktor produksi masyarakat, maka
               sistem pertanahan di Yogyakarta ini perlu dibaca kembali.
                   Tentang otonomi daerah, terdapat dua kelompok yang
               berbeda dalam memandang basis pelaksanannya, apakah di
               aras provinsi ataukah kabupaten. Untuk mengatasi hal ini
               maka dalam konteks keistimewaan Yogyakarta sebagaimana
               diuraikan di atas sangat penting dicermati. Dalam hal ini per-
               tanyaannya adalah apakah substansi otonomi daerah cukup
               terangkat ketika hanya disangkutkan dengan soal pergantian
               kekuasaan, praktik-praktik politik prosedural, dan bukan
               menyangkut sisi-sisi yang lebih luas yang terkait langsung
               dengan kepentingan masyarakat umum.
                   Isu yang seringkali diabaikan adalah isu sosial, budaya,
               pendidikan, ekonomi (rakyat) dan pariwisata.  Untuk beberapa
               kelompok isu terakhir ini hanya dianggap sebagai derivasi dari
               isu-isu yang dinilai pokok di atas. Padahal isu-isu terakhir ini
               terkait langsung dengan kesejahteraan masyarakat sampai
               dengan lapis bawah. Maka perlu kiranya mengidentifikasi as-
               pek-aspek keistimewaan Yogyakarta dalam perspektif yang
               lebih luas, yakni sosial, budaya, dan ekonomi.
                   Pemaknaan terhadap keistimewaan itu dapat ditelisik dari
               bagaimana masyarakat memaknai ruang sosial budaya mere-
               ka. Pemaknaan semacam ini lebih bersifat aktual melebihi
               aspek judisial atau politiknya. Bukan berarti hal terakhir ini
               tidak penting, justru aspek judisial dan politik (pemilihan
               umum misalnya) yang sering disebut sebagai ‘prosedur-pro-
               sedur’ dalam berdemokrasi ini harus teruji melalui praktik-
               praktik aktual di tengah masyarakat. Inilah yang disebut
               sebagai ‘demokrasi substantif’, ketika pemaknaaan terhadap
               praktik berpolitik, bersosial, dan berekonomi, melibatkan pe-

                                                                    5
   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33