Page 117 - Mereka yang Dikalahkan, Perampasan Tanah dan Resistensi Masyarakat Pulau Padang
P. 117
92 M. Nazir Salim
Sebelum tahun 2012, Pulau Padang (Kecamatan Merbau) terdiri
atas 13 desa dan 1 kelurahan yaitu Desa Lukit, Tanjung Padang,
Kudap, Dedap, Mengkirau, Bagan Melibur, Mekar Sari, Meranti
Bunting, Mengkopot, Selat Akar, Bandul, dan Kelurahan Belitung.
Total jumlah penduduknya sekitar 35.224 jiwa, yang berasal dari
Etnis Melayu, Jawa, Bugis, Minang, Lombok, Batak, dan Akit atau
Sakai. Sejak tahun 2013, Kecamatan Merbau berubah menjadi 9
desa dan 1 kelurahan. Perubahan desa tersebut menjadi Desa Lukit,
Desa Meranti Bunting, Desa Tanjung Kulim, Desa Pelantai, Desa
Mekar Sari, Kelurahan Teluk Belitung, Desa Bagan Melibur, Desa
Mayang Sari, Desa Sungai Anak Kamal, dan Desa Sungai Tengah.
Sementara suku-suku yang mendiami daerah tersebut tidak ada
perubahan, Melayu, Jawa, Akit dan suku lainnya. Satu-satunya
yang berubah adalah luas wilayah administrasi kecamatan ini, dari
sebelumnya sekitar 97.391 Ha menjadi sekitar 43.691 Ha. Perubahan
itu terkait luasan konsesi, di mana area HTI dikeluarkan dari wilayah
administratif Kecamatan Merbau.
Kehidupan masyarakat Pulau Padang walau terdiri atas beberapa
suku tidak pernah mengalami persoalan. Sejauh ini, sekalipun Islam
sebagai mayoritas, hubungan antar agama dan etnis belum pernah
ditemukan catatan yang menunjukkan konflik di antara mereka.
Warga hidup aman dan damai berdampingan. Begitu juga dengan
pihak luar Pulau Padang, termasuk dengan perusahaan-perusahaan
sekitar. Konflik justru muncul setelah RAPP masuk ke Pulau
Padang mengerjakan tanah-tanah yang dikuasai dan digarap oleh
masyarakat.
Ada satu suku yang dianggap paling tua mendiami pulau ini,
dan juga di pulau-pulau sekitar, yakni Suku Akit yang hidupnya
di sekitar sungai dengan mengandalkan sungai dan hutan sebagai
sumber kehidupan. Sungai bagi Suku Akit merupakan kunci untuk
subsisten dalam kehidupan sehari-hari. Namun demikian, Suku