Page 121 - Mereka yang Dikalahkan, Perampasan Tanah dan Resistensi Masyarakat Pulau Padang
P. 121
96 M. Nazir Salim
200 kg tepung sagu kering). Sagu merupakan tanaman yang nilai
22
kemanfaatannya cukup tinggi, dari mulai isi pohon menjadi tepung
dan sebagai bahan olahan banyak makanan, kemudian daunnya
dianyam untuk dijadikan atap rumah-rumah tinggal. Sementara
limbah dari pengolahan tual sagu berupa kulit batang sagu (ruyung),
dapat dijadikan sebagai bio energi sebagai pengganti minyak tanah
ataupun dibuat pellet sebagai bahan pencampur bahan bakar batu
bara untuk keperluan ekspor ke Eropa.
Gambar 14. Warga sedang menebang dan mengolah pohon sagu (kiri). Seorang
ibu di Bagan Melibur (Pulau Padang) sedang menganyam daun rumbia untuk
atap rumah (kanan).
Sumber: http://www.melibur.com/2012/10/anyaman-atap-suku-pedalaman_24.
html
Untuk menopang kehidupan sehari-hari, masyarakat Pulau
Padang rata-rata bekerja men-deres (menyadap) karet. Orang
kampung setempat menyebutnya dengan istilah noreh atau motong,
kegiatan mengambil getah dari pohon karet. Kegiatan ini dilakukan
oleh warga sejak setelah subuh hingga pukul 10.00 WIB atau 12.00
WIB, tergantung luasan kebun yang dimiliki atau dikerjakan. Pola
penguasaan kebun karet ada yang penguasaan penuh sebagai hak
milik ada juga yang mengerjakan milik orang lain dengan model
bagi hasil 6/4 atau 7/3. Tradisi yang berjalan bagi penggarap yang
22 M. Syakir dan Elna Karmawati, “Potensi Sagu (Metroxylon spp.) sebagai
Bahan Baku Bioenergi”, Perspektif Vol. 12 No. 2/Desember 2013, hlm.
57-64.