Page 119 - Mereka yang Dikalahkan, Perampasan Tanah dan Resistensi Masyarakat Pulau Padang
P. 119

94    M. Nazir Salim


                Menurut  beberapa  sumber dan  penuturan  beberapa warga
            setempat, Pulau Padang sudah dihuni oleh masyarakat sejak zaman
            kolonial. Hal tersebut dibuktikan dengan peta yang dibuat pada tahun
            1933  oleh Pemerintahan Kolonial  Belanda,  sekaligus membantah
            pernyataan Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan yang menyebut Pulau
            Padang tidak berpenghuni. Pada peta tersebut dapat dijelaskan letak
            beberapa perkampungan yang sudah ada seperti Tandjoeng Padang,
            Tg. Roembia, S. Laboe, S. Sialang Bandoeng,  Meranti, Boenting,
            Tandjoeng Kulim,  Lukit, Gelam,  Pelantai, Sungai  Anak Kamal,

            dan lain-lain. Dari waktu ke waktu Desa Lukit dan desa-desa lain
            di  Pulau  Padang,  sebagaimana  telah disebutkan di  atas  semakin
            ramai didiami oleh masyarakat, baik penduduk asli pedalaman suku
            Akit/Sakai,  Melayu,  Jawa,  dan Cina. Dari informasi masyarakat,
            bahwa kedatangan pertama kali masyarakat Jawa di Desa Mengkirau
            yaitu  tahun 1918  yang  dipelopori  oleh Mbah  Yusri. Setelah Mbah
            Yusri wafat kemudian digantikan oleh Haji Amat yang digantikan

            oleh Selamat dan Jumangin (Haji Ridwan). Selamat membuka lahan
            ke arah Mengkirau dan Haji Ridwan ke arah Bagan Melibur. Ketika
            masyarakat Jawa pertama kali masuk ke daerah ini (1918) sudah ada
            masyarakat  Melayu  yang  dipimpin  oleh  Wan  Husen.  Kedatangan
            masyarakat Jawa sekitar tahun 1918 tersebut untuk bekerja di kilang-
            kilang  sagu. Hasil bekerja  di kilang  sagu  tersebut  dipergunakan
            untuk membuka lahan-lahan atau kebun di pinggir sungai. Seiring
            terjadinya abrasi di pinggir sungai, masyarakat kemudian pindah ke
            arah dalam sehingga terjadi penyebaran penduduk seperti saat ini. 17

                Secara ekonomi, Kabupaten Meranti merupakan kawasan yang
            mengembangkan perkebunan sagu. Sagu sangat mudah ditemui di



            17   Andiko, dkk. “Laporan Tim Mediasi Penyelesaian Tuntutan Masyarakat
                Setempat  Terhadap Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil  Hutan Kayu
                Pada Hutan  Tanaman (IUPHHK-HT)  di  Pulau Padang Kabupaten
                Kepulauan Meranti Provinsi Riau (SK.736/Menhut-II/2011 tanggal 27
                Desember 2011), hlm. 14-15, https://www.lapor.go.id/home/download/
                InfoLampiran/28.
   114   115   116   117   118   119   120   121   122   123   124