Page 177 - Mereka yang Dikalahkan, Perampasan Tanah dan Resistensi Masyarakat Pulau Padang
P. 177
152 M. Nazir Salim
kebijakannya. Diakhiri dengan kajian tentang dampak langsung
yang diakibatkan oleh tindakan korporasi terhadap masyarakat dan
ekologi Pulau Padang. Beberapa dampak langsung akibat operasi
perusahaan sebagian dirasakan langsung oleh warga, padahal
operasi baru berjalan sekitar 3 tahun.
A. Resistensi dan Perampasan: Babak Baru Perlawanan
Setelah membicarakan sejarah penguasaan tanah di Pulau
Padang dan gejolak yang terjadi sebagai respons atas land acquisitions
sekala luas, berikut akan disajikan bagaimana strategi dan lanjutan
perlawanan yang ditunjukkan oleh warga. Hingga pertengahan tahun
2016, sebagian warga yang terdampak langsung masih memberikan
respons yang negatif terhadap keberadaan RAPP di Pulau Padang.
Berbagai upaya tetap dilakukan sebagai bentuk resistensi mereka
untuk mempertahankan jengkal demi jengkal lahan-lahan yang
mulai diakuisisi oleh RAPP tanpa ganti rugi yang memadai. Benar
kata Schutter, “securitas” tanah yang lemah menjadi persoalan
penting bagi warga pedesaan karena sistem kepemilikan adat tidak
dipandang oleh hukum Indonesia. Kondisi ini yang sedang terjadi
2
dan masyarakat tidak bisa melakukan banyak hal terkait lahan-lahan
yang diklaim sebagai tanah garapannya.
1. Menipisnya Harapan: Rencana Aksi Bakar Diri di Jakarta
“Aksi bakar diri adalah tindakan yang suci dan harus kami
lakukan setelah aksi jahit mulut beberapa waktu lalu
agar pemerintah belajar mendengar,” ujar M. Ridwan. Ia
menegaskan, sejak awal telah disampaikan bahwa pemerintah
harus mampu menyelamatkan Pulau Padang. Aksi bakar diri
2 Olivier De Schutter, “The Role of Property Rights in the Debate on
Large-Scale Land Acquisitions”, dalam Christophe Gironde dkk.,
(editor), Large-Scale Land Acquisitions, Focus on South-East Asia,
Leiden-Boston: Brill Nijhoff, 2015, hlm. 54.