Page 32 - Mereka yang Dikalahkan, Perampasan Tanah dan Resistensi Masyarakat Pulau Padang
P. 32
Mereka yang Dikalahkan 7
tidak meningkatkan kesetaraan dalam ekonomi pedesaan, justru
memupuk dan menciptakan ketidaksetaraan atau ketimpangan.
15
Di Indonesia, ada banyak studi yang bisa dirujuk, di setiap ada
pembangunan perkebunan dan hutan industri skala luas, di situ
pulalah tercipta kantong-kantong kemiskinan, Schutter dan Akram-
16
Lodhi berusaha memetakan fakta tersebut di berbagai negara.
Masih menurut Schutter, ada keprihatinan yang besar dan
nyata di balik pengembangan investasi skala besar khususnya pada
lahan pertanian, banyak petani “kalah” tepatnya dipaksa kalah dan
memberikan lahan kepada investor karena memiliki akses yang
lebih besar terhadap modal. Ironisnya, investor justru kebanyakan
17
akan mengembangkan pada jenis industri atau tanaman yang tidak
banyak membantu mengentaskan kemiskinan, yakni tanaman
komersil-ekspor seperti sawit, dibandingkan jika akses terhadap
tanah dan air diberikan kepada petani setempat. 18
Apa yang terjadi di berbagai negara lain sebagai sebuah fenomena
global tidak jauh berbeda dengan pengalaman Indonesia, karena sejak
akhir 1970an, eksploitasi hutan Indonesia menemukan pasar ekspor
yang tumbuh subur serta permintaan bahan baku kertas yang tinggi.
Gelombang kedua setelah eksploitasi hutan adalah pemberian tanah
15 Akram-Lodhi, H. and C. Kay, Op.Cit., hlm. 325.
16 Tri Agung Sujiwo, “Perubahan Penguasan Tanah di atas lahan
Pendudukan Pasca Reformasi (Studi kasus Tanah Cieceng, Desa
Sindangasih Tasikmalaya)”, dalam Dianto Bachriadi (ed.) Dari Lokal ke
Nasional Kembali ke Lokal Perjuangan Hak Atas Tanah di Indonesia,
Bandung: ARC BooKS, 2012.
17 Lihat pada kasus-kasus hancurnya lahan pertanian di sekitar tambang,
M. Nazir Salim, “Bertani di antara Himpitan Tambang (Belajar dari
Petani Kutai Kartanegara)”, Jurnal Bhumi Vol. 2 No. 1 Mei 2016.
18 Loc.Cit. Pedebatan panjang tentang kepentingan tanaman ekspor
antara ketahanan pangan dan kedaulatan pangan, lihat Laksmi A.
Savitri dan Khidir M. Prawirosusanto, “Kebun pangan skala luas di
Ketapang: Menggambar angan-angan tentang Surplus Produksi”,
Jurnal Akatiga, Vol. 19, No. 1 Agustus, 2015.