Page 31 - Mereka yang Dikalahkan, Perampasan Tanah dan Resistensi Masyarakat Pulau Padang
P. 31

6     M. Nazir Salim


                Sekali lagi, akuisisi lahan, perburuan tanah, akumulasi dengan
            cara perampasan, dan land grab bukan persoalan legal dan illegal
            sebagaimana Ribot dan Peluso mendekati akses untuk mendapatkan
            sumber daya.  Problemnya adalah  bagaimana  lahan diperoleh dan
            siapa  melakukan apa,  kemudian  mendapatkan apa, dimanfaatkan
            untuk apa, dan  yang  paling  serius  bagaimana dampaknya  pada
            masyarakat, baik masyarakat pedesaan maupun masyarakat sekitar
            lahan terakuisisi.  Di  Indonesia, mayoritas  akuisisi  tanah skala
            luas  digunakan  oleh pemodal  untuk  kepentingan pembangunan

            perkebunan,  tanaman industri  (HTI),  energi,  pertambangan,  dan
            tanaman pangan. “Sialnya”, semua itu menjadi fenomena global yang
            melayani  kepentingan  pasar ekspor,  bukan  skema  yang dibangun
            untuk menyejahterakan masyarakat tempatan.
                Hal  itu juga  yang  menyebabkan  ada banyak kritik  yang

            diajukan terhadap aktivitas tersebut. Olivier De Schutter mengkritik
            kebijakan investasi skala luas yang melibatkan tanah. Menurutnya,
            investasi  skala besar khususnya  di lahan  pertanian,  tidak  dalam
            rangka  untuk memastikan bahwa mereka berkontribusi  dalam
            pembangunan pedesaan dan pengentasan kemiskinan.  Tentu saja
                                                              14
            kritik Schutter sangat mendasar apalagi jika dikontekskan dengan
            pembangunan  Indonesia yang  berbasiskan  pada  tanah-tanah
            skala luas. Sejalan  dengan Schutter,  Haroon  Akram-Lodhi  dan
            Cristo’ bal Kay mengingatkan bahwa fenomena di atas (akumulasi

            tanah di  pedesaan)  akan  semakin  menciptakan  ketimpangan,
            ketidakmerataan ekonomi,  dan  menciptakan gejala  kemiskinan
            global.  Akram-Lodhi  dan Kay menegaskan bahwa  globalisasi



                Indonesia”. Indonesia, Edisi 76, 2007, http://cip.cornell.edu/DPubS?s
                ervice=Repository&version=1.0&verb=Disseminate&view=body&conte
                nt-type=pdf_1&handle=seap.indo/1106934993#
            14  Olivier De Schutter, “How not to think of land-grabbing: three critiques
                of large-scale investments in farmland”, The Journal of Peasant Studies,
                Vol. 38, No. 2, Maret 2011, 249–279
   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36