Page 39 - Mereka yang Dikalahkan, Perampasan Tanah dan Resistensi Masyarakat Pulau Padang
P. 39
14 M. Nazir Salim
perambahan ke tanah yang diperoleh oleh investor. Mereka meyakini,
tidak ada keuntungan ekonomi dari akuisisi tanah skala luas di masa
kini dan di masa depan. 32
Akses, aktor, dan respons masyarakat banyak menjadi fokus
kajian para peneliti untuk menjelaskan perampasan lahan. Sekalipun
menurut Borras hal itu masih banyak lubang untuk memahami
apa sebenarnya yang terjadi dalam large-scale land acquisitions.
Bagaimana korporasi bekerja dengan menciptakan aktor-aktor
di lapangan juga menjadi perhatian untuk memahami sebuah
peristiwa. Dengan berbagai pertimbangan, fokus kajian ini pada
dua aspek utama: pola dan modus operandi perampasan tanah dan
penciptaan bentuk resistensi dari masyarakat di Pulau Padang.
B. Mengapa Perampasan Tanah
Respons masyarakat atas berbagai kasus large-scale land
acquisitions dan perampasan tanah di Indonesia begitu luas.
Walaupun masih sangat sumir pendefinisian mana yang disebut
land deal (transaksi tanah skala luas), land grab (perampasan tanah),
juga yang dilabeli accumulation by dispossession (ADB-akumulasi
melalui pengambilan [perampasan] barang kepemilikan), dan
compulsory acquisition of land atau land procurement (pengadaan
tanah). Kesemuanya sering digunakan secara tumpang tindih di
dalam berbagai analisis atas dampak dari praktiknya. Pendifinisian
dan analisis di atas tampaknya diilhami dari konsep atau tesis
Marx tentang primitive accumulation di bidang ekonomi-produksi.
Ada tiga proses yang beriringan yang oleh Marx disebut sebagai
akumulasi primitif: Pengakuan hak milik tanah dalam konsep
32 Tsegaye Moreda, “Listening to their silence? The political reaction of
affected communities to large-scale land acquisitions: insights from
Ethiopia”, The Journal of Peasant Studies, 2015, Vol. 42, Nos. 3–4, 517–
539, http://dx.doi.org/10.1080/03066150.2014.993621