Page 182 - Resonansi Landreform Lokal di Karanganyar: Dinamika Pengelolaan Tanah di Desa Karanganyar
P. 182

Resonansi Landreform Lokal ...  169

              sejak awal substansinya telah didiskusikan oleh Pemerintah Desa
              Karanganyar dengan Baperdes Karanganyar.
                  Sebagaimana diketahui, Keputusan Kepala Desa Karang-
              anyar Nomor 141/03/031/III/2005  menetapkan, bahwa: (1) Pen-
              siunan kepala desa mendapat hak garap atas tanah sawah seluas
              150 ubin dengan jangka waktu yang sama dengan masa kerjanya.
              (2) Pensiunan sekretaris desa mendapat hak garap atas tanah
              sawah seluas 150 ubin selama dua tahun. (3) Pensiunan perangkat
              desa mendapat hak garap atas tanah sawah seluas 60 ubin
              selama 4 tahun, atau seluas 50 ubin selama 5 tahun. (4) Apabila
              kepala desa, sekretaris desa, dan perangkat desa berhenti atau
              diberhentikan dengan hormat karena skorsing atau kecelakaan
              yang mengakibatkan cacat tubuh, sehingga tidak dapat melak-
              sanakan tugas diberi penghargaan sesuai dengan kemampuan
              desa, dan ditentukan kemudian oleh pemerintah desa dan badan
              perwakilan desa.
                  Segenap peraturan desa dan keputusan Kepala Desa Ka-
              ranganyar menunjukkan bahwa landreform lokal yang di terapkan
              di desa ini belum sepenuhnya masuk dalam konstruksi hukum
              formal. Produk-produk hukum formal yang terbit di Desa
              Karanganyar masih lebih banyak berkaitan dengan kelompok
              elit Desa Karanganyar daripada yang berkaitan dengan masya-
              rakat Desa Karanganyar. Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten
              Purworejo (Y. Samekto) menjelaskan, bahwa agar landreform
              lokal dapat masuk dalam konstruksi hukum formal dengan
              sebaik-baiknya, perlu diperhatikan: Pertama, aspek sosiologis,
              yaitu dengan mengkaji apakah tradisi (landreform lokal) tersebut
              telah menjadi adat di masyarakat. Kedua, aspek filosofis, yaitu
              dengan mengkaji unsur keadilan dan kesejahteraan pada tradisi
              tersebut. Ketiga, aspek politis, yaitu dengan mengkaji kese-
   177   178   179   180   181   182   183   184   185   186   187