Page 355 - Konstitusionalisme Agraria
P. 355

Tidak berhenti disitu, dalam UU No. 18 Tahun 2013 tentang
            Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan, pembangkangan
            serupa juga terlihat. Hal ini berkaitan dengan definisi kawasan hutan
            yang telah diubah oleh putusan MK dalam Pekara No. 45/PUU-IX/2011
            mengenai pengujian UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.
            Putusan Mahkamah Konsitusi dalam perkara itu mengubah definisi
            kawasan hutan yang sebelumnya berbunyi: “Kawasan hutan adalah
            wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh Pemerintah
            untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap” menjadi:
            “Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau
            ditetapkan oleh Pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya
            sebagai hutan tetap.” Dengan demikian yang dimaksud dengan
            kawasan hutan adalah yang telah dikeluarkan penetapannya oleh
            Pemerintah yang dalam praktiknya dilakukan melalui Keputusan
            Menteri Kehutanan.
                 Definisi kawasan hutan dalam UU No. 18 Tahun 2013
            Pemberantasan Perusakan Hutan memang telah sesuai dengan definisi
            baru kawasan hutan berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi yang
            menyebutkan bahwa “Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang
            ditetapkan oleh Pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya
            sebagai hutan tetap.” Namun kalau melihat secara sistematik dengan
            mengkaitkan dengan ketentuan lain, maka ada kontradiksi karena
            dilakukan perluasan definisi kawasan hutan ketika mendefinisikan
            perusakan hutan dalam Pasal 1 angka 3 UU Pencegahan dan
            Pemberantasan Perusakan Hutan yang menyatakan: “Perusakan hutan
            adalah proses, cara, atau perbuatan merusak hutan melalui kegiatan
            pembalakan liar dan/atau penggunaan kawasan hutan secara tidak sah
            di dalam kawasan hutan yang telah ditetapkan, yang telah ditunjuk,
            ataupun yang sedang diproses penetapannya oleh Pemerintah.”

                 Definisi  dalam Pasal 1  angka 3 UU Pencegahan  dan
            Pemberantasan Perusakan Hutan memperluas lagi definisi kawasan
            hutan yaitu bukan saja kawasan yang telah ditetapkan menjadi
            kawasan hutan, tetapi juga yang telah ditunjuk, ataupun yang
            sedang dalam proses pengukuhan untuk ditetapkan sebagai kawasan
            hutan. Dengan demikian, ketika suatu kawasan baru ditunjuk


               324     Konstitusionalisme Agraria
   350   351   352   353   354   355   356   357   358   359   360