Page 92 - Konstitusionalisme Agraria
P. 92

perlu mengangkat seorang menteri urusan agraria yang diserahi
            tugas khusus itu” (Hardiyanto, Fauzi dan Bachriadi, 1996:19). Setelah
            Panitia Agraria Jakarta dihapuskan, kemudian dibentuklah Panitia
            Negara Urusan Agraria yang diketuai oleh Soewahjo Soemodilogo
            (Sekjen Kementerian Agraria). Sama dengan panitia-panitia
            sebelumnya, panitia ini berisi anggota dari pejabat kementerian
            dan jawatan, ahli hukum adat dan wakil organisasi tani. Panitia ini
            ditugaskan untuk membuat RUU Pokok Agraria.
                 Hasil dari panitia ini disampaikan pada 6 Februari 1958 kepada
            pemerintah yang pada intinya berisi: (1) Penghapusan asas domein
            dan diakuinya hak ulayat yang harus tunduk kepada kepentingan
            umum (negara); (2) Asas domein diganti dengan Hak Kekuasaan
            Negara atas dasar Pasal 38 ayat 3 UUDS;  (3) Dualisme hukum
                                                    17
            agraria dihapuskan; (4) Hak-hak atas tanah: hak milik sebagai hak
            yang terkuat dan berfungsi sosial, hak usaha, hak bangunan dan hak
            pakai; (5) Hak milik hanya boleh dimiliki oleh WNI (asli maupun
            bukan asli). Badan hukum pada asasnya tidak boleh memiliki hak
            atas tanah; (6) Perlu diadakan batas maksimun dan minimum luas
            tanah yang boleh dimiliki seseorang atau badan hukum; (7) Tanah
            pertanian pada asasnya harus dikerjakan dan diusahakan sendiri
            oleh pemiliknya; dan (8) Perlu diadakan pendaftaran tanah dan
            perencanaan penggunaan tanah.
                 Budi Harsono yang terlibat dalam penyusunan Naskah
            Rancangan UUPA bersama dengan Singgih Praptodihardjo dan
            Herman Wiknjo Broto mengusulkan judul UU tersebut adalah
            UU tentang Pokok-pokok Hukum Tanah. Tapi panitia Soewahjo
            menganggap itu terlalu sempit sehingga yang dipakai adalah UUPA.
            Rangkaian kerja dari Panitia Agraria Soewahyo ini berujung pada
            dihasilkannya sebuah Rancangan Undang-undang Pokok Agraria
            (RUUPA) yang kemudian diajukan ke DPR, rancangan ini dalam
            perjalanan pembahasannya kemudian digantikan oleh Soenarjo.
            Pada saat itulah kemudian gagasan perluasan makna agraria sedang
            berlangsung dimana agraria tidak lagi dimaknai semata-mata



                 17 Pasal 38 (ayat) 3 UUDS 1950 sama dengan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945.

                    Konstitusi Agraria dan Penggunaannya dalam Tiga Rezim Pemerintahan     61
   87   88   89   90   91   92   93   94   95   96   97