Page 27 - Konflik Agraria Urutsewu: Pendekatan Ekologi Politik
P. 27
PT Freeport Indonesia, misalnya, menjadi salah satu penyebab
konlik berkepanjangan. Pemicu konlik bukan hanya mengenai
kesejahteraan masyarakat lokal yang diabaikan oleh pemerintah
dan PT Freeport )ndonesia. Lebih dalam lagi, konlik juga berakar
dari kerusakan lingkungan akibat pengerukan kandungan emas
Gunung Ersberg. Masyarakat lokal, yang secara geograis lebih
dekat dengan lokasi sumber daya alam, tidak dilibatkan dalam
pengelolaan sumber daya alam. Hal serupa juga menimpa
masyarakat Aceh dan Bojonegoro ketika sumber daya gas dan
minyak bumi di wilayah mereka dieksploitasi oleh PT ExxonMobil.
Salah satu kegiatan penambangan yang kian marak di
Indonesia adalah penambangan pasir besi. Pasir besi merupakan
komoditas ekspor yang cukup menjanjikan sebagai bahan baku
industri baja. Terlebih lagi, pasir besi merupakan kekayaan
alam yang terbentang di pesisir barat Sumatra, pesisir selatan
Jawa, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi.
Pengusaha mengambil kesempatan ini untuk mendapatkan
keuntungan. Sementara itu, negara mendukung penambangan
untuk menggenjot pendapatan dari sisi ekspor. Pemerintah
daerah beramai-ramai memberikan Izin Usaha Pertambangan
(IUP) demi meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan
menciptakan lapangan kerja.
Namun, rencana penambangan pasir besi sering kali
mendapati perlawanan dari masyarakat. Konlik pun timbul
dengan berbagai latar belakang, mulai dari dampak kerusakan
lingkungan akibat penambangan, perizinan yang bermasalah,
hingga tidak dilibatkannya masyarakat dalam proses perumusan
kebijakan penambangan. Tabel 1 menunjukkan beberapa contoh
konlik penambangan pasir besi di )ndonesia.
2 Konflik Agraria di Urutsewu: Pendekatan Ekologi Politik