Page 166 - Perlindungan Hak Atas Tanah Masyarakat Hukum Adat
P. 166

rotan yang dibudidayakan oleh masyarakat setempat. Di Lampung di kenal
            repong  damar. Di  tempat tertentu dekat Jayapura, Papua  Barat, diketahui
            terdapat “Hutan Kopi” yang diusahakan oleh masyarakat adat setempat. Di
            Maluku tengah dikenal “dusun dati” atau “dusun” di Seram. Hak-hak yang
            ada diatasnya dapat dijumpai dalam pengetahuan hukum adat setempat.



            B.  Hak Masyarakat Hukum Adat Atas Tanah Menurut Hukum
                Adat
            Tanah mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan manusia
            terutama bagi masyarakat Hukum Adat. Hubungan antara tanah dengan
            masyarakat itu sendiri senantiasa terjadi dalam berbagai kepentingan, tanah
            dijadikan tempat pemukiman, untuk keperluan pembuatan ladang, tempat
            mengambil hasil, tempat berkumpul dengan sesama maupun dijadikan tempat
            pemujaan atau untuk beribadah. Antara masyarakat hukum adat dengan
            tanah yang didudukinya mempunyai hubungan yang erat dan bersifat religio-
            magis artinya kekayaan alam itu merupakan kekayaan yang dianugerahkan
            oleh Tuhan Yang Maha Esa pada masyarakat Hukum Adat.

                Hubungan yang erat dan bersifat menguasai, memanfaatkan tanah,
            memungut hasil dari tumbuh-tumbuhan yang hidup di atas tanah serta berburu
            terhadap binatang-binatang yang hidup diatas tanah tersebut. Hak masyarakat
            hukum atas tanah ini disebut hak pertuanan atau hak ulayat.  Penggunaan
                                                                 178
            istilah hak ulayat pertama kali diperkenalkan oleh Van Vollenhoven seorang
            ahli hukum berkebangsaan Belanda diberi nama  beschikkingsrecht  yang
            menggambarkan hubungan antara masyarakat hukum dan tanah itu sendiri.
                                179
                Menurut Ter Haar : beschikkingsrecht (beschkkingskring) sebagai lingku-
            ngan di mana-mana praktis ada istilahnya: istilah itu adalah sebutan untuk
            lingkungan  “beschikkingsrecht” baik sebagai milik-pertuanan  (Ambon)-
            maupun sebagai daerah penghasil makanan-panyampeto (Kalimantan)-atau
            sebagai lapangan yang terpagar-pawatasan (Kalimantan), wewengkon (jawa),


                178   Bushar Muhammad, Pokok-Pokok Hukum Adat, Pradnya Paramita,Jakarta 2006,
            hal,103
                179   Ter Haar Bzn-K.Ng Soebakti Poesponoto (Penterjemah), Asas-Asas Dan Susunan
            Hukum Adat, Pradnya Paramita,Jakarta, hal, 62-63


                                           149
   161   162   163   164   165   166   167   168   169   170   171