Page 161 - Perlindungan Hak Atas Tanah Masyarakat Hukum Adat
P. 161

173
            Gautama,  bahwa:
                “Hukum Adat tidak boleh bertentangan dengan ketentuan-ketentuan
                yang tercantum dalam UUPA. Dalam UUPA telah diletakkan garis-garis
                besar dari apa yang merupakan sendi-sendi pokok dari pada perundang-
                undangan agraria nasional yang baru. Hukum adat yang dinyatakan
                berlaku untuk hak-hak atas tanah tidak boleh bertentangan dengan asas-
                asas yang tertera di dalam UUPA. Hal ini berarti pula bahwa bila mana
                di dalam UUPA diadakan perumusan-perumusan dari pada hak-hak
                baru mengenai tanah, maka perumusan-perumusan inilah yang berlaku,
                bila mana tidak terdapat persesuaian antara faham-faham hukum adat
                tentang hak-hak yang serupa dengan hak-hak baru dalam UUPA dan
                perumusan UUPA itu sendiri. Selain perumusan yang terdapat dalam
                UUPA inilah yang akan dijadikan pegangan bagi si pelaku hukum.”

                Dalam penjelasan umum II angka 3 berkaitan dengan pasal 3 UUPA,
            mengemukakan bahwa ketentuan ini pertama-tama berpangkal pada
            pengakuan adanya hak ulayat itu dalam hukum agraria yang baru. Sebagaimana
            diketahui biarpun menurut kenyataannya hak ulayat itu ada dan berlaku serta
            diperhatikan pula di dalam keputusan-keputusan hakim, belum pernah hak
            tersebut diakui secara resmi di dalam undang-undang, dengan akibat bahwa
            didalam melaksanakan peraturan-peraturan agraria hak ulayat itu pada zaman
            dulu seringkali diabaikan.
                Berhubung dengan disebutnya hak ulayat atau hak masyarakat adat di
            dalam Undang-Undang Pokok Agraria, yang pada hakekatnya berarti pula
            pengakuan hak itu, maka pada dasarnya hak ulayat itu akan diperhatikan,
            sepanjang hak tersebut menurut kenyataan masih ada pada masyarakat
            hukum yang bersangkutan. Misalnya di dalam pemberian sesuatu ha katas
            tanah (umpamanya nhak guna usaha) masyarakat hukum yang bersangkutan
            sebelumnya akan didengar pendapatnya dan akan diberikan “recognitie”. Yang
            memang ia berhak menerimanya selaku pemenang hak ulayat itu.

                Keberadaan hak ulayat masyarakat adat diakui oleh UUPA, namun
            tidak memberikan batasan yang jelas mengenai ada tidaknya hak ulayat
            pada masyarakat hukum adat. UUPA membiarkan pengaturan hak ulayat

                173   Sundargo Gautama,  Tafsiran Undang-Undang Pokok Agraria, (Bandung: Citra
            Aditya Bakti, 1990), hal.20.


                                           144
   156   157   158   159   160   161   162   163   164   165   166