Page 163 - Perlindungan Hak Atas Tanah Masyarakat Hukum Adat
P. 163

menghasilkan klausul baru mengenai masyarakat adat. Pasal 18B ayat (2)
            UUD 1945 hasil amandemen menegaskan, bahwa: “Negara mengakui dan
            menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak
            tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan
            masyarakat dan prinsip-prinsip nagara kesatuan Republik Indonesia, yang
            diatur dalam undang-undang.” Pengaturan dan pengakuan yang serupa juga
            dilakukan pula dalam ketetapan MPR Nomor XVII Tahun 1998 tentang Hak
            Asasi Manusia; Pasal 6 ayat (2) undang-undang No. 39 tahun 1999 tentang
            Hak Asasi Manusia; dan Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN No
            5 Tahun 1999 tentang Pedoman penyesuaian masalah hak ulayat masyarakat
            hukum adat.

                Pengakuan dan penghormatan terhadap Hak adat terdapat dalam
            berbagai peraturan termasuk Peraturan Daerah (PERDA) yang menggunakan
            landasan hukum yang berkaitan dengan kewenangan pembuatan perda
            maupun landasan hukum yang berkaitan dengan materi yang diatur dalam
            perda tersebut. Contoh beberapa daerah yang mengatur tentang pengakuan
            dan penghormatan terhadap hak ulayat adalah Peraturan Daerah Kabupaten
            Kampar Nomor 12 tahun 1999 tentang Hak Ulayat; Peraturan Daerah
            Kabupaten Lebak Nomor 32 tahun 2001 tentang Perlindungan Atas Hak
            Ulayat Masyarakat Baduy; Peraturan Daerah Sumatera Barat No. 6 tahun
            2008 tentang Tanah Ulayat. Beberapa daerah yang sedang membuat rancangan
            peraturan Daerah Hak Ulayat Tobelo, Rancangan Peraturan Daerah Hak
            Ulayat Halmahera Utara.
                Pengakuan terhadap Hak Ulayat masyarakat hukum adat, pada tahun
            2001 melalui ketetapan MPR Republik Indonesia No. IX/MPR/2001 tentang
            pembaruan Hukum Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam.

                Pasal 5 TAP MPR No. IX/MPR/2001 tersebut menentukan antara
                lain:  dalam  sub  e:  “mengembangkan  demokrasi,  kepatuhan  hukum,
                transparansi dan optimalisasi partisipasi rakyat; dalam mewujudkan
                keadilan dalam pengasaan, pemilikan, penggunaan, pemanfaatan, dan
                pemeliharaan sumber daya agraria dan sumber daya alam”; dan dalam sub
                f: “memelihara keberlanjutan yang dapat memberi manfaat yang optimal,
                baik untuk generasi sekarang maupun generasi mendatang, dengan siap
                memperhatikan daya tampung dan dukung lingkungan” dan pada sub g


                                           146
   158   159   160   161   162   163   164   165   166   167   168