Page 31 - Analisis Pola Perubahan Penggunaan Lahan Untuk Stabilitas Swasembada Beras Di Kabupaten Sukoharjo
P. 31
16 Analisis Pola Perubahan Penggunaan Lahan Untuk Stabilitas Swasembada Beras
di Kabupaten Sukoharjo
dengan diikuti perubahan struktur ruang akan banyak dijumpai
didaerah perkotaan. Wujud fisik perkotaan yang terlihat adalah
banyaknya lahan didominasi oleh bangunan dan gedung. Daerah
perkotaan ditenggarai dengan adanya kepadatan penduduk atau
bangunan pada beberapa lahan tersebut cukup tinggi yang juga
diikuti oleh heterogenitas strata sosial ekonomi masyarakat di
atasnya (Bintarto dalam Daldjoeni, 1997; Bardhan and Tewari, 2010).
Kabupaten Sukoharjo adalah daerah yang dilintasi aliran Sungai
Bengawan Solo dan digunakan sebagai irigasi untuk lahan pertanian
dan menjadi sangat penting peranannya karena di samping
sebagai daerah lahan pertanian (lumbung padi) juga sebagai
wilayah persimpangan (transit) antara Kota Surakarta dengan
Kabupaten Wonogiri, sehingga merupakan daerah potensial terjadi
perubahan penggunaan lahan. Sebagai daerah lumbung padi atau
daerah surplus produksi beras, maka Kabupaten Sukoharjo dapat
mensuplai padi (beras) untuk beberapa daerah yang mengalami
minus padi. Untuk mencukupi kebutuhan akan air irigasi untuk
lahan pertanian terdapat Waduk Gajah Mungkur di daerah Wonogiri
kemudian menalir ke utara mengikuti aliran Sungai Bengawan Solo.
Untuk mengatur muka air sungai Bengawan Solo dari Waduk Gajah
Mungkur untuk keperluan lahan pertanian di daerah Kabupaten
Sukoharjo dan sekitarnya terdapat Saluran Induk Colo Timur dan
Saluran Induk Colo Barat mampu mengairi lahan persawahan seluas
23.200 ha dan daerah genangan Kabupaten Sukoharjo dan sekitarnya
berfungsi sebagai reservoir dengan isi 1,20 juta m3 (Balai Besar
Wilayah Sungai Bengawan Solo, 2012 dan Martanto, 2012)
Pertumbuhan dan perkembangan daerah Kabupaten Sukohajo
tidak lepas dari keberadaan Kabupaten tersebut yang secara geografis
merupakan daerah pertanian produktif beririgasi teknis dan daerah
perkembangan perkotaan Kota Surakarta kearah selatan, sehingga
lahan pertanian padi sawah dapat dimungkinkan terjadi perubahan
penggunaan lahan menjadi non pertanian, hal ini akan dapat
menurunkan swasembada secara lokal hingga nasional. Pengendalian
perubahan penggunaan lahan perlu dilakukan, salah satunya melalui
zonasi lahan untuk menuju lahan berkelanjutan (Martanto, 2012).