Page 23 - Penegakan Hukum Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar
P. 23

Kementerian ATR/BPN kemudian menjabarkan tanah untuk
            reforma agraria berjumlah 9 juta hektar terbagi menjadi dua, yaitu
            legalisasi aset dan redistribusi tanah yang masing-masing 4,5 juta hektar.
            Redistribusi Tanah 4,5 juta hektar yang di antaranya adalah Hak Guna
            Usaha yang telah habis serta dari tanah-tanah yang diterlantarkan yang
            berjumlah 0,4 juta hektar, dilakukan dengan cara penertiban tanah-
            tanah yang diterlantarkan yang telah dilakukan sejak  Tahun 1998
            dengan diterbitkannya PP No. 36 Tahun 1998 tentang Penertiban dan
            Pendayagunaan Tanah Terlantar, kemudian diganti dengan PP No. 11
            Tahun 2010.
                 Dalam tataran praktik menertibkan tanah-tanah yang diterlantarkan
            yang luasannya jutaan hektar dengan kerugian negara triliunan rupiah
            bukanlah perkara mudah. Dalam banyak kasus penetapan tanah
            terlantar dijadikan obyek gugatan di Pengadilan  Tata Usaha Negara
            (PTUN) menghadapi perlawanan dari pemegang hak/perusahaan yang
            mempunyai pengaruh dalam pelaksanaan kebijakan dan tidak didukung
            oleh instansi sektoral, sehingga di dalam putusannya didominasi dengan
            pembatalan dan pencabutan surat keputusan penetapan tanah terlantar
            yang  mengakibatkan  tidak  dapat  didayagunakan  untuk  kepentingan
            masyarakat dan negara, melalui reforma agraria dan program strategis
            negara serta untuk cadangan negara lainnya sebagaimana diatur dalam
            Pasal 15 PP No. 11 Tahun 2010.
                 Demikian juga dengan tanah terlantar yang telah diputus oleh
            pengadilan dan dimenangkan oleh pemerintah, tidak mudah untuk
            didistribusikan, karena proses birokrasi dan permasalahan perebutan/
            pembagian hak atas tanah yang telah ditetapkan sebagai tanah terlantar
            di antara masyarakat. Dalam pandangan Joyo Winoto masalah-masalah
            penertiban tanah terlantar dapat disebabkan oleh; Pertama, dalam diri
            BPN, ketika melakukan penertiban telah tersedia PPnya, Peraturan
            Kepala BPN mengenai tata caranya, tersedia manajemennya, sistem
            administrasinya, serta implementasi pelaksanaanya. Ketidaksempurnaan
            bisa jadi disebabkan adaya  self interest yang semestinya harus di
            hindari.  Kedua, tantangan berasal dari pemegang hak yang menolak
            penertiban.  Ketiga,  pemberdayaan masyarakat, bagaimana masyarakat


            6   Penegakan Hukum Penertiban Dan Pendayagunaan Tanah Terlantar
   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28