Page 23 - Kondisi dan Perubahan Agraria di Ngandagan
P. 23

Ahmad Nashih Luthfi  dkk.
            tanah dari kelebihan batas maksimum kepemilikan. Di
            sini pula terletak dilema PPAN, karena tanah negara yang
            potensial diredistribusi, dominan berada di pulau-pulau
            besar (Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua), semen-
            tara penduduk miskin mayoritas berada di Jawa. Berbagai
            skema telah dikembangkan untuk menanggulangi kondisi
            spesifik ini, antara lain dengan mendekatkan petani pada
                                                 2
            obyek redistribusi, maupun sebaliknya.  Di samping
            usaha tersebut, kondisi khusus ini mengindikasikan
            bahwa bagian penting dari program PPAN bagi petani
            miskin Jawa seharusnya dilakukan di Jawa juga. Untuk
            tujuan ini diperlukan data dan pengetahuan perihal
            keagrariaan yang komprehensif.
                Sayangnya, saat ini terdapat jurang lebar antara ke-
            butuhan dan ketersediaan data yang segar mengenai
            berbagai aspek keagrariaan. Padahal ketersediaan data
            keagrariaan merupakan syarat penting bagi keberhasilan
            suatu program pembaruan agraria.  Kelangkaan data
                                            3
            keagrariaan ini—data kepemilikan tanah, struktur agra-
            ria, tata-guna tanah, berbagai sistem tenurial—merupa-
            kan akibat dari diterbengkalaikannya penelitian keagra-




                2   Ibid, hlm. 25
                3  Wiradi, Gunawan dan Makali, “Penguasaan Tanah dan
            Kelembagaan”, dalam Moh. Shohibuddin (ed.) Ranah Studi Agraria.
            Penguasaan Tanah dan Hubungan Agraria. (Yogyakarta: Sekolah
            Tinggi Pertanahan Nasional), hlm. 115

            2
   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28