Page 105 - RATA: Manual Menilai Konflik Tenurial secara Cepat
P. 105

94    Gamma Galudra, dkk.

            Stevens 1997). Secara tradisional, bagi komunitas Manda-
            wai sebagaimana banyak orang yang tinggal di Kalimantan
            Tengah, hak atas teritori dipegang oleh individual, dan
            hak itu bisa diajukan atas area yang ditetapkan sebagai
            kawasan tradisional komunal. Dalam kawasan itu, tiap
            individu yang membuka petak hutan tanpa mengetahui
            sejarah pembukaan hutan itu, maka dia dan keturunannya
            dapat mengkalim tanah itu (Abdurahman, 1996). Seratus
            tahun kemudian hadirnya para pendatang dari Jawa, Banjar
            dan Bugis lewat transmigrasi spontan selama jaman kon-
            sesi hutan dan program transmigrasi pemerintah tahun
            1980-an, tinggal di area itu dan mengubah penataan ka-
            wasan tradisional komunal.
                Ada perbedaan pandangan tentang klaim kawasan
            tanah tradisional. Komunitas Mandawai mengklaim area
            2,5 km dari tepi sungai Lamandau dan sungai Arut sebagai
            hak tradisional. Klaim mereka itu sejalan dengan pernya-
            taan Gubernur Kalimantan Tengah tahun 1998 yang
            mengatakan bahwa jarak dua setengah kilometer dari tepi
            sungai harus dikembalikan kepada komunitas menurut
            hak guna tanah adat, meskipun pernyataan gubernur itu
            tidak punya kekuatan hukum. Tetapi tidak semua anggota
            komunitas sadar akan hak teritorial mereka itu, dan tidak
            tahu apakah hak mereka itu sungguh dimiliki atau diwa-
            riskan oleh para leluhur mereka menurut adat ataukah
            hak itu hanya diperkenalkan oleh pemerintah setempat
            selama jaman reformasi saja. Dalam jaman peralihan
            selama reformasi, maka muncullah kesempatan untuk
   100   101   102   103   104   105   106   107   108   109   110