Page 47 - Merancang Metode Penelitian Agraria Lintas Disiplin
P. 47

akibat pelaksanaan landreform, menunjukan bahwa masalah tanah
            menjadi dasar konflik. Benturan dan kegoncangan yang terjadi di
            daerah pedesaan terutama di provinsi padat penduduk di Jawa dan Bali
            pasca pelaksanaan landreform, telah mendorong keluarnya Laporan
            Interim tentang Masalah Pertanahan yang diantaranya disebutkan
            beberapa masalah pertanahan kunci yaitu:  26

            1.   Pemilikan, penguasaan, penggarapan, dan penggarapan tanah
                 pertanian;
            2.   Sewa menyewa, sakap menyakap tanah dan hubungan kerja di
                 bidang pertanahan padi sawah di Jawa;

            3.   Penggarapan tanah rakyat untuk tanaman tebu;
            4.   Budidaya tambak di Indonesia
            5.   Pemilikan, penguasaan dan penggarapan  tanah dalam
                 hubungannya dengan pembangunan pedesaan.


                 Identifikasi permasalahan yang sudah diperoleh, pada
            kenyataannya tidak serta merta dapat diselesaikan. Sejumlah faktor
            ternyata menyulitkan atau menghambat pemecahan masalah
            pertanahan karena pelaksanaan reforma agraria dan langkah-
            langkah lain reforma agraria dibekukan dan perhatian dialihkan ke
            sektor pembangunan lain seperti: rehabilitasi pengairan, prasarana
            perkebunan, dan peningkatan produksi pertanian pada umumnya.
            Pada masa itu, ‘penelitian’ sebenarnya sudah dilakukan sebagai bentuk
            input terhadap kebijakan, misalnya: penelitian mengenai pelaksanaan
            UU No.2 Tahun 1960 tentang perjanjian Bagi Hasil dan UU No 16





            isu agraria tidak mungkin dibicarakan. Tahun 1974, Sajogyo mulai memunculkannya kembali
            dengan membicarakan masalah kemiskinan di pedesaan, disusul kemudian pada tahun 1977
            oleh Masri Singarimbun dan David H Penny, dan pada tahun 1980-an oleh Mubyarto dan
            Loekman Soetrisno. Pilihan pendekatan yang digunakan ketika itu seperti digunakannya
            Participatory Action Research (PAR) untuk menghasilkan sebuah penelitian yang based on
            rural structural-realities memberikan satu gambaran bahwa penelitian agraria yang awalnya
            dilakukan oleh intelektual progresif Indonesia yang cenderung elitis yang tidak terlalu tertarik
            dengan kemiskinan pedesaan dan kondisi agrarianya telah mengalami perubahan.
                 26 Tjondronegoro (2006: 77)


              36    Merancang Metode Penelitian Agraria Lintas Disiplin
   42   43   44   45   46   47   48   49   50   51   52