Page 19 - Masalah Pertanahan di Indonesia
P. 19

mengenai angka 30% tersebut (Peluso 2006: 189). Beberapa kajian mutakhir
            menunjukkan bahwa di dalam wilayah yang disebut kawasan hutan itu telah
            tinggal dan menetap masyarakat desa bahkan sejak masa Perang (1940-an).
            Penelitian tenurial yuridis dan analisa spasial berbasis citra pada suatu desa
            di Banyuwangi Jawa Timur misalnya, menghasilkan kesimpulan bahwa lebih
            dari 60% tanah di wilayah desa tersebut telah dikuasai masyarakat untuk
            masa lebih dari 20 tahun. Agregat angka untuk Banyuwangi adalah 1.362 ha
            (0,77% dari kawasan hutan) dan Jawa Timur adalah seluas 5.258,72 ha telah
            dihuni masyarakat dalam bentuk pemukiman permanen (Luthfi, Khanifa,
            dan Syanurisma 2020).

                Kelima, laporan ini merekomendasikan perlunya dilakukan penelitian
            lebih lanjut, di antaranya adalah tentang hak atas tanah yang dimandatkan oleh
            UUPA 1960. Tidak terang betul apakah sebagai kelanjutan dari rekomendasi
            Laporan ini, pada tahun 1979 dihasilan “Konsep RUU Hak Milik atas
            Tanah” yang disusun oleh Tim Kerja Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran
            bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Agraria (Tim Kerja 1979). Konsep
            tersebut didahului dengan penelitian mengenai “Hak Milik atas Tanah dalam
            Hubungannya dengan Fungsi Sosial” dan penelitian mengenai “Terjadinya
            Hak Kepunyaan atas Tanah Menurut Hukum Adat.” Hak-hak atas tanah
            ini memang perlu diperjelas melalui peraturan-perundang-undangan lebih
            lanjut. Gagasan mengenai RUU Pertanahan beberapa waktu terakhir disusul
            dengan RUU Cipta Kerja perlu memastikan hak-hak atas tanah masyarakat
            di Indonesia. Penting dikedepankan fungsi sosial atas tanah, pengakuan
            penguasaan tanah masyarakat sebagai individu dan kelompok/ulayat, prinsip
            keadilan, kesejahteraan serta kepastian hukum. Tanpa prinsip-prinsip tersebut
            Indonesia sulit bertransformasi menuju bangsa yang maju dan berbudaya.


            Penutup

            Ide mengenai perlunya pusat penelitian kebijakan pertanahan atau “Centre
            for Land Policy” bersifat lintas-kementerian yang diusulkan oleh Laporan
            ini menarik dan penting. Lembaga penelitian ini bersifat terpusat namun
            bisa memiliki beberapa stasiun daerah yang ditugaskan untuk melakukan
            penelitian mengenai  keragaman sistem agraria-pertanahan  di  berbagai


                                           xviii
   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24