Page 15 - Masalah Pertanahan di Indonesia
P. 15

termasuk dialokasikan untuk program transmigrasi yang memindahkan
            populasi utamanya dari Jawa, Madura, Bali ke tujuan-tujuan pulau-pulau luar
            disertai dengan pembukaan tanah di daerah tujuan tersebut. Problem agraria
            yang ditandai dengan ketimpangan pemilikan antar-penduduk di Jawa tidak
            dibenahi di tempat dimana permasalahan terjadi, namun digantikan dengan
            kebijakan transmigrasi yang memindah populasi tersebut ke luar Jawa.
            Setengah juta orang pada periode Repelita III (tahun 1980/81) akan secara
            berangsur ditransmigrasikan (Kompas, 10-01-1980).

                Meskipun paroh terakhir dekade 1970-an tersebut isu “pemerataan”
            menjadi isu sentral namun strategi pembangunan ekonomi tidak diarahkan
            pada upaya mewujudkannya. Kebijakan ketimpangan penguasaan tanah
            yang telah terbentuk sejak era Kolonial tidak dibenahi. Man-land rasio tidak
            diperkecil angka ketimpangannya namun ketiadaan akses atas tanah tersebut
            diatasi dengan kebijakan transmigrasi. Para ilmuwan telah merancang strategi
            pembangunan yang diadopsi oleh GBHN 1978 dalam rumusan “delapan jalur
            pemerataan” (Kompas, 04-08-1979). Stategi ini menempatkan “kesempatan
            kerja” dan “kesempatan berusaha” sebagai “jalur utama pembuka peluang”
            kesempatan dan pemenuhan kebutuhan menuju indeks mutu hidup manusia
            yang berkualitas (Sajogyo 1984, Soedjatmoko 1980). Akan tetapi kebijakan
            pemerintah dalam praktiknya cenderung pragmatis dengan mengandalkan
            pinjaman asing dalam pembiayaan nasional serta pemenuhan kebutuhan
            pangan dengan beragam insentif dan subsidi. Kebijakan transmigrasi untuk
            memindahkan penduduk miskin ke wilayah luar dalam realitanya melahirkan
            masalah lanjutan yang tidak mudah. Telah muncul keraguan akan efektifitas-
            transmigrasi terhadap over-populasi dan ketegangan hubungan transmigrasi
            dengan penduduk setempat. Dalam praktiknya pemerintah menghindari isu
            utama berupa “distribusi pendabatan” (Singarimbun dalam Kompas, 31-01-
            1979).


            Relevansi

            Banyak persoalan penting yang dapat kita renungkan dari Laporan ini.
            Sebagian di antaranya adalah, pertama, permasalahan guremisasi pertanian.
            Merujuk hasil Sensus Pertanian 1973, rumah tangga petani yang menguasai


                                            xiv
   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20