Page 11 - Masalah Pertanahan di Indonesia
P. 11

ha/k; dan 3,5 juta kk menggarap tanah kurang dari 1 ha.

                Menteri Ekonomi dan Industri Prof. Widjojo Nitisastro dan Menteri
            Riset Prof. Soemitro Djojohadikusumo setelah melaporkan hasil penelitian ini
            kepada presiden sempat membuat pertanyaan pers mengenai isu penguasaan
            tanah dengan mengatakan bahwa di dalam laporan tersebut dibahas mengenai
            UUPA dan landreform. Dalam pernyataan pers disampaikan bahwa laporan
            itu menunjukkan arti penting keduanya hanya saja “yang menjadi soal adalah
            pelaksanaannya”. (Kompas, 07-03-1978). Sayangnya kedua menteri hanya
            memberikan pernyataan singkat tersebut dan status Laporan ini tidak bisa
            diakses publik karena bersifat konfidensial dan hanya untuk dilaporkan kepada
            presiden, sebagaimana dalam surat penugasannya.


            Keberlanjutan dan keterputusan

            Meskipun tidak dapat diakses publik dan saran-saran dalam laporan tersebut
            ternyata tidak dijalankan pemerintah, namun dua hal pernyataan tentang
            posisi UUPA dan landreform tersebut berpengaruh.  Pertama, landreform
            atau reforma agraria tidak lagi identik dengan agenda komunis, dan ini secara
            implisit dinyatakan dalam TAP-MPR No. IV/1978 dan penataan penguasaan
            tanah menjadi agenda yang dituangkan dalam GBHN 1978. Kedua, ilmuwan-
            ilmuwan sosial yang sebelumnya “tiarap” mulai berani muncul berbicara
            tentang reforma agraria (Luthfi 2011).
                Isu landreform kembali bergulir ke publik. Majalah Tempo edisi 22 Juli
            1978 menulis tentang “Menengok kembali Land Reform.” Tilikan terhadap
            isu tersebut juga dipicu oleh terbitnya buku Amartya Sen,  Employment,
            Technology and Development (1975) yang di dalamnya terdapat ulasan bahwa
            intensitas pekerja tanah-tanah yang berukuran kecil jauh lebih tinggi bila
            dibandingkan dengan di pertanian lahan luas. Petani kecil cenderung bekerja
            lebih keras untuk menghidupi keluarga mereka ketimbang petani kaya. Ulasan
            itu mengkonfirmasi pendapat Gunnar Myrdal dalam bukunya, Asian Drama:
            An Inquiry Into the Poverty of Nations (1968) yang menegaskan pentingnya
            landreform. Sistem ini perlu dipakai sebagai pengganti sistem persewaan tanah
            yang ada di Asia saat itu, sebab dalam kenyataannya dinilai amat kurang efisien.
            Ini sering timbul akibat dipraktikkannya sistem persewaan-ganda. Seseorang


                                            x
   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16