Page 13 - Masalah Pertanahan di Indonesia
P. 13

hasil konferensi yang memberikan dorongan bagi negara-negera peserta
            untuk melaksanakan “reformasi agraria”, istilah yang digunakan dalam
            pemberitaan di media saat itu (Kompas, 04-08-1979). Dr. Tjondronegoro
            yang saat itu bertindak sebagai salah satu penasehat delegasi menggarisbawahi
            bahwa “Masalah tanah bukan masalah politik. Karena itu diharapkan dapat
            dibicarakan secara lebih terbuka tanpa prasangka politik. Sebab sejak dahulu
            semua mazhab-mazhab ekonomi menganggap tanah sebagai faktor ekonomi
            di samping modal dan tenaga kerja” (Kompas, 04-08-1979).

                Wacana reforma agraria, atau secara umum “masalah pertanahan”, terus
            bergulir di publik. Majalah Prisma edisi September 1979 membahasnya di
            bawah tajuk “Mencari Hak Rakyat atas Tanah” dengan menyajikan beberapa
            kasus sengketa agraria yang sebelumnya dianggap tabu. Selain itu hasil-hasil
            dari Konferensi Roma di atas dilanjutkan di Indonesia dengan mengadakan
            pertemuan “International Policy Workshop on Agrarian Reform in Comparative
            Perspectives”, di Selabintana Sukabumi (1981). Ini konferensi besar yang
            dihadiri oleh para pengkaji landreform dari beberapa negara. Pada gilirannya
            lahir karangan akademis yang disunting oleh Sediono M.P. Tjondronegoro
            dan Gunawan Wiradi (1983) berjudul Dua Abad Penguasaan Tanah. Sebuah
            buku klasik yang menjadi rujukan utama bagi para pengkaji agraria di tengah
            kelangkaan referensi saat itu. Para peneliti dan akademisi terus berupaya agar
            kajian dan kebijakan reforma agraria terus menjadi perhatian publik dan
            pemerintah.
                Prof. Dr. Tjondronegoro (2008a: 47-48) mengingat kembali Laporan
            Interim ini dalam otobiografinya,

                “Penulis yang ditugaskan sebagai sekretaris eksekutif dalam evalusi kilat
                tersebut (November 1977-Maret 1978) berhasil merangkum berbagai
                pemikiran baik dari pejabat lembaga pemerintah maupun ahli-ahli
                universitas  dalam  suatu  laporan  interim  masalah  pertanahan  yang
                diserahkan kepada Presiden Soeharto menjelang Pelita-3 (1978-1982).
                Walaupun laporan tersebut oleh Menteri Pertanian Prof. Dr. Soedarsono
                Hadisapoetro dimanfaatkan sebagai salah satu sumber informasi sewaktu
                memimpin delegasi Indonesia menghadiri World Conference on Agrarian
                Reform and Rural Development  (WCARRD) yang diselenggarakan
                oleh FAO di Roma, Italia, pada hemat penulis pelaksanaan Reforma



                                            xii
   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18