Page 349 - Mozaik Rupa Agraria
P. 349
ikan terakhir ditangkap, barulah manusia akan menyadari bahwa
uang tidak bisa dimakan.”.
“Persis. Jadi apa tawaran solusi dari kita untuk masalah
ini?”.
“Idealnya sih reforma agraria, ya. Tapi selain sudah lama
dipeti-mati-kan, ada yang bilang momentumnya udah kelewat.
Upaya-upaya untuk mendorong pelaksanaan reforma agraria
sejati tetap bisa dilakukan, tapi sementara itu, mengarusutamakan
kebun kolektif bisa jadi alternatif gerakan kalau menurutku.”.
“Sepakat sih… Tapi siapa itu yang bilang momentumnya
udah kelewat?”.
“Ada lah, waktu itu aku sempat ikut diskusi online.
Penyelenggaranya lembaga riset independen gitu dari Bandung
sama Bogor. Dalam rangka haul guru besar land reform. Dan
maksudnya bukan pesimis, justru momentum itu kan juga bisa
kita bentuk.”.
“Wah, ngomong-ngomong soal guru besar, aku juga
sempat ketemu sama pemulia padi dari Lampung.
Usianya 70 tahun lebih, tapi masih berkelana keliling
Indonesia naik motor. Mungkin dia gak punya gelar
mentereng, tapi apa yang dilakukan keberpihakannya
jelas: kedaulatan petani. Dan karena dia pernah ketemu
Soekarno secara langsung, ‘petani’ as in ‘penjaga tatanan
negara Indonesia’ menurutku bisa dimasukkan sebagai
bagian dari pemaknaan.”.
“Terus apalagi yang kamu dapat setelah ketemu beliau?”.
“Jujur karena maraton ketemunya jadi agak kewalahan
ya, wisdom-nya tumpah-tumpah. Tapi satu hal yang
aku akan selalu dan harus selalu aku ingat adalah kita
336 Mozaik Rupa Agraria: Dari Ekologi Politik hingga Politik Ruang