Page 350 - Mozaik Rupa Agraria
P. 350

berjuang itu untuk menang. Sama seperti yang tersemat
               dalam azan: hayya alal-falah. Terlepas dari kemenangan
               itu kelak akan kita saksikan langsung atau enggak.”.
               “Sek, soal kemenangan itu kita saksikan langsung atau enggak
           kayaknya aku juga pernah denger deh… Dari siapa ya?”

               “Ya kan  guru kita ada  yang  sama. Bahkan  kita
               dipertemukan oleh karena adanya beliau wkw.”.
               “Oh iya, hahaha. Apa kabar ya beliau?”.

               “Sehat kok, insyaAllah. Aku masih suka kontak. Terakhir
               beliau ke Roma, Italia. Mewakili serikatnya. Pulang bawa
               oleh-oleh cerita seperti  biasa.  Tapi  balik  ke soal kebun
               kolektif tadi, dan guru bersama kita ini, ada hubungannya
               gak?”.

               “Jelas ada. Sedikit banyaknya kan kita dipengaruhi oleh karena
           interaksi kita bersama beliau.”.
               “Hahaha bener. Jadi kebun kolektif yang kamu maksud itu
               gimana detailnya?”.

               “Setiap desa atau kelurahan kan pasti punya tanah kas
               dan  organisasi karang  taruna.  Dari  sana  bisa jadi  titik
               berangkatnya.  Adakan  semacam sekolah tani  yang
               kemudian menjadi usaha tani atau lembaga tani sejenis
               lainnya.”.

               “Kalo sekolah, yang jadi gurunya siapa?”.

               “Ya  petani  di  desa/kelurahan  itu. Jadi  ini  sarana  untuk
           regenerasi petani juga. Kan kita sama-sama senilai dengan ‘semua
           guru, semua murid, semua tempat adalah ruang kelasnya’ wkw”.

               “Kebayang…  Setiap desa  juga pasti ada  kelompok tani.
               Bisa tuh tipis-tipis pengorganisasian hahaha”.



                                         Gerakan dan Perjuangan Agraria  337
   345   346   347   348   349   350   351   352   353   354   355