Page 39 - Mozaik Rupa Agraria
P. 39

hari. Sisa jagung yang masih utuh dengan kulitnya, digantung di
           atap-atap dapur untuk stok benih selanjutnya.






















                    Foto: Parmin dan Semi sedang bersantai di rumah kecilnya

               Kehidupan keluarga Parmin  terbilang  cukup  sederhana
           dengan segala keterbatasannya. Segala kebutuhan untuk hidupnya
           masih  mengandalkan  dari lingkungan  sekitar  rumah.  Seperti
           kebutuhan  makan dengan  nasi  thiwul,  ikan dari  sungai, sayur-
           sayuran, kayu bakar hingga kebutuhan air yang melimpah tanpa
           harus membeli. Hanya untuk kebutuhan listrik saja mereka harus
           mengeluarkan uang setiap bulannya. Itu pun untuk penerangan
           lampu saja karena tidak ada barang-barang elektronik lainnya di
           rumah, selain televisi yang sudah tidak menyala.
               Untuk mencapai ke ladang, Parmin dan petani lainnya harus
           melewati Sungai Lemusur yang luas dengan jalanan berbatu dan
           berbukit. Kondisi akses yang demikian sulit, membuat Parmin dan
           orang-orang  di  sana harus menggunakan  sepatu booth khusus
           yang berukuran pendek. Kalau tidak, kaki kita yang akan menjadi
           korban terkena sobekan batuan karts yang setajam batu karang.
           Hal ini saya rasakan ketika mengikuti  Parmin ke ladang untuk



           26     Mozaik Rupa Agraria: Dari Ekologi Politik hingga Politik Ruang
   34   35   36   37   38   39   40   41   42   43   44