Page 187 - Kembali ke Agraria
P. 187
Usep Setiawan
Ini peringatan dini atas ancaman kedaulatan pertanian kita dan
bangsa agraris secara keseluruhan. Posisi negara kini tengah berada
di pusaran neoliberalisme yang menghendaki pengurangan bahkan
sejauh mungkin penghapusan peran negara dalam mengatur dan
menentukan kebijakan pertanian sekalipun menyangkut mayoritas
warganya sendiri.
Walau demikian, kita tak perlu patah arang. Sebagaimana dise-
mangati Bonnie, kini adalah saat terbaik untuk mengangkat kembali
masalah-masalah dasar pertanian ke permukaan, di tengah-tengah
arus deras globalisasi dan liberalisasi. Sekaranglah saatnya yang
tepat untuk menetapkan kembali reforma agraria sebagai tuntutan
dasar pembaruan pertanian dan pedesaan kita, sebagai bagian pokok
dari gerakan reformasi total (2003, hal 5). Oleh karena itu, ke depan
kita tak boleh lengah. Kesigapan menghadapi arus globalisasi per-
tanian sembari mencari alternatif solusi jadi pilihan bajik nan bijak.
Selain mengingat sektor pertanian masih menjadi andalan dalam
menyerap tenaga kerja kita yang terus membengkak, kesigapan ini pen-
ting agar bangsa kita tidak (terus-menerus) menjadi bangsa kelas tiga
yang cocok sekadar jadi konsumen hasil-hasil pertanian bangsa lain.
Kedaulatan pangan
Hari Tani se-Dunia tahun 2005 hendaknya menginspirasi kita
untuk segera menyusun dan menerapkan strategi alternatif pem-
bangunan pertanian yang mengutamakan kaum tani, sekaligus
memajukan sektor pertanian keseluruhan. Mengutamakan petani
bukan berarti menegasikan kepentingan golongan masyarakat lain-
nya, melainkan bersinergi secara positif. Memajukan pertanian bukan-
lah memundurkan sektor lain, tetapi meletakan pertanian sebagai
dasar menuju industrialisasi nasional yang tangguh di hadapan ge-
lombang global.
Salah satu konsep alternatif yang layak dikedepankan menyertai
agenda reforma agraria—program negara bersama rakyat—dalam
menata ulang struktur penguasaan tanah dan pemenuhan berbagai
168