Page 255 - Kembali ke Agraria
P. 255
Usep Setiawan
Agar tak repot
Pelanggaran HAM dan ketidakadilan agraria kini terus menuai
protes rakyat Papua. Munculnya protes erat kaitannya dengan ter-
ganggunya eksistensi historis dan persepsi kultural mereka atas
sumber-sumber agraria. Sebagian besar orang Papua memandang
tanah (wilayah kehidupan) mereka seperti ibu kandung sendiri. Dapat
dibayangkan kemarahan dan kedalaman luka hati mereka ketika
wilayah hidup (ibu) mereka diobrak-abrik dan dikeruk seisi perutnya.
Agar Freeport tak lagi bikin repot, solusi holistik hendaknya me-
mungkinkan rakyat Papua merdeka dari segala penindasan dan
pengisapan. Ada sejumlah langkah strategis. Pertama, di tingkat kebi-
jakan perlu peninjauan ulang konsepsi hak menguasai negara yang
terdapat dalam sejumlah perundang-undangan, untuk kemudian
dibatasi. Kedua, pemerintah “terpaksa” harus berunding ulang
(renegosiasi) dengan Freeport, dan melibatkan masyarakat setempat
untuk penyelesaian adil. Renegosiasi bisa berujung penghentian
(sementara) investasi sambil mengusut pelanggaran HAM.
Ketiga, pemerintah harus menghentikan keterlibatan militer
dalam pengamanan pertambangan guna meminimalisasi potensi
pelanggaran HAM oleh alat negara dan sebagai upaya strategis
mengembalikan militer kepada fungsi pokok pertahanan negara.
Keempat, diperlukan segera pemulihan kondisi masyarakat setempat
setelah terkena perampasan agraria, yang meliputi pengakuan pemi-
likan, penguasaan, pengelolaan dan pemanfaatan tanah dan keka-
yaan alam. ***
236