Page 49 - Kembali ke Agraria
P. 49

Usep Setiawan

                Secara berbeda-beda, di awal masa kemerdekaannya banyak elit
            negara paska-kolonial, termasuk presiden Soekarno, benar-benar
            dipengaruhi oleh naskah resmi FAO (Food and Agricultural Organi-
            zation) Land Reform - Defects in Agrarian Structure as Obstacles to Eco-
            nomic Development yang dikeluarkan pada 1951. Apa yang dilakukan
            oleh FAO kemudian beresonansi dengan cara bagaimana negara-
            negara paska-kolonial menjadikan Reforma Agraria bagian dari agen-
            da bangsanya hingga pada puncaknya tahun 1979 pada World Con-
            ference on Agrarian Reform and Rural Development (WCARD), di mana
            Indonesia mengirim delegasi yang sangat besar (Wiradi 1999). Konfe-
            rensi dunia yang menghasilkan Peasant Charter (Piagam Petani) itu
            sayangnya menjadi “upacara kematian” Reforma Agraria, yang dige-
            rus oleh model-model Pembangunan Pedesaan (termasuk pertanian)
            yang baru, seperti revolusi hijau, agroindustri/agribisnis, produksi
            komoditi untuk ekspor, dan lainnya. Secara gamblang, setelah meng-
            evaluasi praktek pembangunan pertanian di 26 (dua puluh enam)
            negara, John Powelson and Richard Stock (1987) menyimpulkan
            bahwa petani telah dikhianati oleh banyak elit negara-negara paska
            kolonial. Dalam buku yang berjudul The Peasant Betrayed: Agriculture
            and Land Reform in the Third World itu, kedua peneliti itu sampai pada
            kesimpulan yang kelam bahwa setelah landreform dijalankan, pro-
            gram-program selanjutnya yang dijalankan rezim/pemerintahan baik
            yang Kiri maupun Kanan, “telah dan terus menyengsarakan petani
            daripada menolong mereka”. Lebih penting lagi, setelah kedua pene-
            liti ini menggolongkan dua jenis landreform berdasar (a) kekuatan
            pemerintahan yang budiman, dan (b) kekuatan petani, mereka mene-
            gaskan, bahwa hanya pada kondisi di mana petani bersandar pada
            kekuatan diri sendiri lah mereka dapat melanjutkan menikmati hasil-
            hasil land reform yang dijalankan.
                Ini adalah cerita mengenai bagaimana pemerintahan negara-
            negara paska-kolonial mengkhianati petani di banyak negara “Dunia
            Ketiga” seiring dengan dianutnya modernisasi dan developmentalis-
            me sebagai teori, strategi dan kerangka dasar kebijakan dan praktek


            30
   44   45   46   47   48   49   50   51   52   53   54