Page 45 - Kembali ke Agraria
P. 45

Usep Setiawan

            politik, dan sengketa agraria itu sebagai konsekuensi dari bekerjanya
            kapitalisme. Dadang Juliantara dalam Jurnal Suara Pembaruan Agraria
            No. 3 Tahun 1997, pernah menulis, “Agraria adalah Akibat, Kapitalis-
            me adalah Sebab!” Ya, disini saya perlu mengeksplisitkan perlunya
            mengedepankan kembali cara kita memahami kapitalisme. Kita tidak
            bisa menghindar darinya, seperti diingatkan oleh Fernand Braudel,
            Sejarawan Perancis pemimpin dari Aliran Annales (Annales School)
            dalam ilmu sejarah. Ia menulis kalimat yang penting dalam salah
                                                            th
                                                        th
            satu karya klasiknya Civilization and Capitalism 15 –18  Century Vo-
            lume II: the Wheels of Commerce: “Manakala kapitalisme diusir keluar
            dari pintu, ia akan masuk kembali lewat jendela.” Ia melanjutkan,
            “(S)uka atau tidak, … terdapat suatu bentuk kegiatan ekonomi yang
            tak bisa dihindari memanggil ingatan kita pada kata ini, dan tidak
            bisa tidak” (Braudel 1979:231).
                Diperlukan suatu kerja keras terus menerus untuk memahami
            apa itu kapitalisme, bagaimana kapitalisme berkembang secara ber-
            beda-beda di satu wilayah dengan wilayah lainnya, dan bagaimana
            perkembangan kapitalisme itu menghancurkan hubungan kepemili-
            kan dan cara produksi yang terdahulu, dan pada saat yang sama
            membentuk yang baru. Selain sebagai suatu cara berpoduksi yang
            khusus, kapitalisme juga begitu besar dan kuat pengaruhnya pada
            apa yang dalam ilmu sosial disebut proses pembentukan (state forma-
            tion). Dengan begitu, saya mengajak pembaca menempatkan pang-
            gung-panggung pembentukan kebijakan agraria yang saya uraian
            di bagian-bagian sebelumnya itu, dalam rentang yang lebih panjang,
            dan konteks yang lebih luas, yakni perkembangan kapitalisme dan
            pembentukan negara.
                Para pelajar sejarah agraria Indonesia, lebih-lebih mereka yang
            mempelajari sejarah agraria Eropa, Amerika, Amerika Latin hingga
            Afrika, akan banyak menemukan contoh-contoh di mana pemberla-
            kukan hukum agraria baru, termasuk di dalamnya yang disebut seba-
            gai hukum kehutanan atau pertambangan merupakan suatu cara
            agar perusahaan-perusahaan kapitalis dapat memperoleh hak pe-


            26
   40   41   42   43   44   45   46   47   48   49   50