Page 176 - MP3EI, Masterplan Percepatan dan Perluasan Krisis Sosial-Ekologis Indonesia
P. 176
166 Di Atas Krisis Sosial-Ekologis Semacam Apa
Megaproyek MP3EI Bekerja?
Awal
Pada Januari 2012, luapan air musim penghujan menjebol tanggul Bendungan Curug di kecamatan Klari, Karawang. Perusa-
haan Umum Jasa Tirta, pengelola bendung ini, bergegas memperbaikinya. Media memberitakan bahwa seorang penasehat
asosiasi pengusaha dan beberapa wakil perusahaan mendatangi lokasi kerusakan. Mereka ingin tahu seberapa cepat ke-
rusakan Bendungan Curug bisa ditanggulangi. Bendungan Curug memasok air untuk wilayah Subang, Karawang, dan Bekasi.
Kerusakan Bendungan Curug telah menyebabkan terhentinya pasokan air bersih untuk industri. Tanpa pasok air bersih,
industri terancam lumpuh.
Tak banyak orang ingat, Bendungan Curug dulu dibangun untuk keperluan irigasi persawahan. Setengah abad yang lalu,
perencana pembangunan Indonesia jelas ingin mempertahankan dataran rendah di pantai utara Jawa Barat sebagai lum-
bung padi. Karenanya, wilayah itu harus teririgasi baik. Dengan visi pembangunan pertanian tersebut, tiga waduk besar yang
sekaligus pembangkit listrik (Saguling, Jatiluhur, Cirata) dibangun di dataran tinggi selatan, hulu sungai Citarum. Dari tiga
waduk tersebut, air sungai Citarum dialirkan ke sungai buatan manusia, kanal irigasi Tarum Barat dan Tarum Timur, untuk
mengairi daerah persawahan di pantai utara Jawa Barat.
Semenjak gelombang industrialisasi 1980-an, persawahan menghilang digantikan oleh pabrik-pabrik dan perumahan. Terjadi
alih fungsi lahan secara besar-besaran. Sistem irigasi yang sudah dibangun tetap dipakai, walaupun bukan terutama untuk
mengairi lahan persawahan. Citarum beserta sungai-sungai kecil lainnya memasok air baku, untuk memenuhi kebutuhan air
bersih bagi industri dan rumahtangga. Sungai-sungai itu digunakan juga sebagai tempat pembuangan limbah industri, yang
terolah maupun tidak; dan menggelontor sungai-sungai kecil di Jakarta. Industri manufaktur yang sekarang menjejali koridor
Bekasi-Karawang, bagaimanapun mendapat keuntungan besar dari sistem irigasi yang sudah terbangun sebelumnya. Bukan
kebetulan pula bila beberapa kawasan industri dibangun di dekat Sungai Bekasi dan Kanal Tarum Barat.
Industrialisasi di Bekasi-Karawang sekali lagi dimanjakan dengan pembangunan jalan tol Jakarta-Cikampek pada tahun
1985-1988. Jalan tol Jakarta-Cikampek, dan ruas tol selebihnya yang dibangun kemudian, mengubungkan seluruh pusat
1
industri di Jawa Barat. Jalan tol mempercepat aliran bahan baku, komponen, dan produk jadi. Baik aliran barang antar
pusat-pusat industri, maupun dari pusat industri ke pelabuhan laut internasional Tanjung Priok dan bandar udara Soekarno
Hatta. Dengan begitu industri di Bekasi terhubung dengan rantai produksi dan perdagangan internasional. Ruas tol peng-
hubung Jakarta dengan kompleks industri di Bekasi (Cibitung, Cikarang) barangkali merupakan yang paling sensitif. Selalu
terpelihara baik dan diupayakan bebas dari kemacetan. Masuk akal pula bila ruas ini beberapa kali diperlebar. Dulu hanya
dua jalur, sekarang sudah empat jalur. Lalu lalang kendaraan pengangkut merupakan pemandangan tetap di kompleks
industri Bekasi. Truk dan trailer pengangkut peti kemas berbagai ukuran setiba hari tiba di gudang pabrik, atau meninggalkan
halaman pabrik, kemudian mencari jalan ke mulut jalan tol.
Kawasan Industri
Sektor industri berperan besar mendorong pertumbuhan ekonomi kabupaten Bekasi. Sepanjang tahun 2000-an industri
menyumbang hampir setengah pendapatan Bekasi. Sektor-sektor industri manufaktur yang paling dominan adalah otomotif,
elektronik, dan metal. Selebihnya adalah industri tekstil, pangan, obat-obatan, kertas, dan sebagainya. Situs resmi peme-
rintah Kabupaten Bekasi melaporkan bahwa pada tahun 2009 saja di kabupaten ini terdaftar 3.184 perusahaan, meliputi
berbagai sektor usaha (manufaktur, perdagangan, jasa, dan seterusnya). Sebagian besar perusahaan besar dan sedang di