Page 158 - Pengembangan Kebijakan Agraria: Untuk Keadilan Sosial, Kesejahteraan Masyarakat dan Keberlangsungan Ekologis
P. 158
Krisis Keberlanjutan Sumber Penghidupan Masyarakat dan Keberlanjutan Ekologis di Pulau Kecil
Beberapa “keberhasilan” inilah yang sering dijadikan argumen
bahwa keberadaan pertambangan memberikan dampak positif bagi
masyarakat di sekitarnya. namun di balik itu tidaklah demikian
karena bentuk pembangunan tersebut merupakan tanggung
jawab pemerintah kepada rakyatnya. Daur proses produksi dari
investasi yang masuk, sebenarnya selain menumbuhkan modal
juga akan selalu mendorong tumbuhnya kemiskinan baru diatas
kemiskinan lama. Sangkoyo, fokus penanganan pemiskinan hanya
sebatas menekan potensi kemiskinan dalam repoduksi tenaga
kerja, pertumbuhan konsumsi barang, fungsi pelayanan fisik
dan ketertiban rakyat, dan kestabilan politik. Peran pemerintah
untuk menekan kemiskinan dalam prakteknya sebatas dengan
pelayana kesehatan, pendidikan, dan bantuan-bantuan langsung.
Ironisnya, sebagaimana dijelaskan dalam paragraf sebelumya, di
pulau kecil Sebuku bahkan pelayanan terhadap sektor penting
seperti pembangunan desa, bidang kesehatan dan pendidikan
diambil alih oleh perusahaan tambang.
6. Tambang dan Keberlanjutan Ekologis
Saat ini nelayan Rampa memerlukan waktu yang lebih lama
untuk mendapatkan ikan. Semula nelayan hanya membutuhkan
waktu 7-8 jam (dari jam 05.00 sampai 12.00) melaut mencari
ikan. Namun saat ini mereka membutuhkan waktu sampai 13
jam dengan waktu melaut dari jam 05.00 sampai 18.00. Rata-rata
produksi nelayan satu kali melakukan perjalanan sebanyak 1 pikul
(20 kg). Bukan hanya waktu melaut yang berubah, tetapi fishing
ground (daerah penangkapan) nelayan juga semakin jauh. Saat ini
nelayan menangkap ikan sampai sejauh 5 km dari pesisir, yang
sebelumnya hanya 2 km. Penyebab berubahnya waktu dan wilayah
— 139 —