Page 204 - Pengembangan Kebijakan Agraria: Untuk Keadilan Sosial, Kesejahteraan Masyarakat dan Keberlangsungan Ekologis
P. 204

Integrasi “Reforma Agraria” dengan Rencana Pembangunan Wilayah dan Pengentasan Kemiskinan

             BPN untuk ikut urun rembug dalam mendesainnya. Sementara
             itu dalam kasus koperasi Wangunwatie, dengan segala perangkat
             kewenangan dan otoritasnya kebijakan BPN dan Pemerintah Daerah
             dapat memainkan peran pentingnya untuk diintegrasikan dalam
             upaya menguat-kembangkan sekaligus memproteksi hasil kelola
             dan out put koperasi agar lebih stabil, berkelanjutan, berdayasaing
             tinggi di pasaran dan memperluas jangkauan jaringan pemasaran
             tanpa harus memonopoli dan mengintervensi wilayah substantif
             dan tatanan yang sudah relevan dengan kebutuhan anggota
             koperasi. Artinya kebijakan tersebut adalah supporting sistem
             bagi sistem yang sudah ada, dan tidak merubah segala kelebihan
             potensi koperasi yang sudah berjalan sejak lama.
                 Keterbatasan menuntut kewajiban untuk melakukan penelitian
             lanjutan. Selain untuk mendalami hal-hal yang belum tergali dengan
             utuh, misalnya tentang relasi antar aktor yang berperan dalam skema
             pembangunan di kedua kabupaten, anatomi inisiasi rakyat yang
             muncul, pembentukan struktur agraria lokal dan seterusnya, juga
             mengamati lebih jauh dinamika yang muncul dalam kurun waktu
             tertentu setelah beragam peristiwa muncul di kedua kabupaten
             tersebut, seperti PILKADA dan kebijakan baru pertanahan selepas
             riset. Semakin banyak praktik usaha pengintegrasian semacam ini
             di lakukan, maka medan belajar untuk praktik pelaksanaan RA
             yang selaras dengan pembangunan di daerah dan inisiatif rakyat
             akan semakin kaya. Pada gilirannya, diharapkan akan menjadi
             contoh sirkuit belajar tersendiri bagi tersedianya alas kebijakan
             agraria secara nasional yang lebih pro poor land policy.









                                     — 185 —
   199   200   201   202   203   204   205   206   207   208   209