Page 209 - Pengembangan Kebijakan Agraria: Untuk Keadilan Sosial, Kesejahteraan Masyarakat dan Keberlangsungan Ekologis
P. 209

Pengembangan Kebijakan Agraria untuk Keadilan Sosial, Kesejahteraan Masyarakat dan Keberlanjutan Ekologis

            negara yang mengandung konsekuensi mereka menjadi sasaran
            ‘pendisiplinan’. Cerita tentang Koperasi Mangunwatie, dalam
            tulisan Eko-Didi dan Yusuf, meskipun tidak menggambarkan
            keseluruhan sebagai bentuk ketidaktundukan pada otoritas
            kepengaturan negara, tetapi apa yang ingin dikatakan dari cerita
            ini adalah bahwa inisiatif warga tidak kalah handalnya dan
            bahkan dalam derajat tertentu mengandung keberhasilan besar
            daripada jika selalu harus tunduk pada kepengaturan negara yang
            implementasinya lebih sering reduktif. Dalam bahasa sederhana,
            masyarakat menyatakan, ‘justru karena tidak ada campur tangan
            pemerintah itulah maka kami bisa berkembang’.
                Dalam konteks HGU, cerita ini menyadarkan kita tentang
            pilihan kelemahan kebijakan berorientasi pertumbuhan yang
            cenderung memberikan hak-nya kepada pengusaha-pengusaha
            raksasa dan asing; mengapa tidak pernah ada skema formal untuk
            memberikan HGU justru kepada rakyat Indonesia sendiri (dalam
            bentuk koperasi, misalnya), yang lebih membutuhkan dan mampu
            membangun sustainabilitas pengelolaan lebih panjang seperti
            sejarah yang ditunjukkan Koperasi Mangunwatie?

            Memperbesar Kemampuan Deteksi


            Terlihat dari tulisan di buku ini, kebijakan agraria belum banyak
            berubah dari kecenderungan top down yang menempatkan logika
            negara sebagai otoritas pengatur, perumus, dan implementator
            segenap kebijakan. Belum banyak beranjak dari ideologi
            ‘pemerintah’ rakyat ke arah ideologi ‘pengurus’ rakyat. Partisipasi,
            meskipun disadari sebagai bagian penting kebijakan, tetapi masih
            diletakkan sebagai proses administratif bukan sebagai proses politik.
            Hal ini lah yang membuat kebijakan agraria di banyak tempat,


                                    — 190 —
   204   205   206   207   208   209   210   211   212   213   214