Page 18 - Reforma Agraria (Penyelesaian Mandat Konstitusi)
P. 18

M. Nazir Salim & Westi Utami

            agraria memakai “baju” yang sangat sempit dan diatur oleh
            mekanisme administrasi birokrasi yang berbasis anggaran. Dimana
            politik anggaran sering kali tidak berpihak pada RA. Sehingga Pro-
            gram  legalisasi aset atau sertifikasi ala  birokrasi  menjadi  narasi
            utamanya. Perdebatan cara inventarisasi dan verifikasi atas tanah
            objek mendapat ruang yang luas ketimbang politik agraria. Teknis
            administrasi birokrasi inilah yang menjadikan suasana ge(mer)lap
            perbincangan RA di republik ini.

                Pada akhirnya buku ini masih melihat peluang perbincangan pelak-
            sanaan RA dari aras pelaksanaan lapangan, yaitu pemerintah daerah.
            Menurut buku ini dibutuhkan satu terobosan baru dan progresif untuk
            hadirnya gugus tugas RA di berbagai daerah dalam rangka menyelesaikan
            beberapa problem RA di tingkat tapak, khususnya wilayah kehutanan.
            Terdapat jurang perbedaan yang luas antara negara dan masyarakat
            dalam melihat hutan selama ini. Negara melihat hutan sebagai sumber
            devisa negara baik itu kayu maupun non kayu serta jasa lingkungan.
            Sehingga negara dengan mudah melakukan alih fungsi hutan, baik untuk
            tanaman industri maupun kegiatan lainnya. Sementara masyarakat, terle-
            bih bagi masyarakat adat melihat hutan sebagai sumber kehidupan dan
            penghidupan. Akibatnya lahir konflik berkepanjangan akibat deforestasi
            hutan Indonesia akibat izin-izin kawasan hutan diberikan secara luas
            dan tidak terkontrol.

                                          ***
                Sekali lagi perjuangan untuk menjalankan mandat ideologi pem-
            bangunan nasional dan konstitusi yang berupa pelaksanaan RA masih
            harus berumur panjang. Perbincangan RA harus tetap gemerlap pada
            pemerintahan Joko Widodo dan Kyai Ma’ruf Amin. Dan itu masih mem-
            butuhkan partipasi masyarakat secara luas, sebagai kesimpulan dalam
            buku ini. Tanpa partisipasi masyarakat perbincangan RA bisa jadi tetap
            gemerlap.



                                                      Jember, 22 Oktober 2019
                                                        Tri Chandra Aprianto
                   .
              xviii
   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23