Page 15 - Reforma Agraria (Penyelesaian Mandat Konstitusi)
P. 15
KATA PENGANTAR
GE(MER)LAP REFORMA AGRARIA
DI INDONESIA SEBUAH PENGANTAR KATA-KATA
Dr. Tri Chandra Aprianto
eforma Agraria (RA) merupakan objek studi yang seolah tidak
akan berakhir. RA selalu menjadi isu panas dari rezim ke rezim.
R Setiap rezim harus menghadapi tuntutan keadilan agraria akibat
ketimpangan kepemilikan dan penguasaan atas sumber-sumber agraria.
RA selalu menjadi salah satu menu utama dalam proses politik. Ia menja-
di semacam “bola panas” bagi penyelenggara negara. Setidaknya terdapat
tiga hal yang menyebabkannya: (i) adanya upaya untuk menurunkan dera-
jat “keserakahan” kaum kaya yang lapar tanah; (ii) juga memuliakan kaum
miskin yang tuna kisma dan tak bertanah; dan (iii) praktek politik agraria
dari penyelenggara negara, sebagai yang melahirkan kebijakan dan
menentukan pembangunan nasional.
Sejak dilantiknya Joko Widodo dan Jusuf Kalla sebagai Presiden dan
Wakil Presiden (2014), dianggap sebagai momentum politik bagi para
penggerak agraria Indonesia. Petani, NGO, dan masyarakat sipil lainnya
“tancap gas” berusaha mendorong percepatan praktek politik untuk
menyelesaikan berbagai persoalan agraria, baik itu konflik-konflik atau
proses redistribusi. Pada level lain, diakomodasinya kalangan aktifis di
Kantor Staf Presiden (KSP) menambah gemerlap perbincangan RA.
Hadirlah serangkaian infrastruktur hukum yang menjadi landasan
pelaksanaan RA, baik untuk program maupun kelembagaannya. Pera-
turan Presiden (Perpres) No. 88 tahun 2017 dan Perpres No. 86 tahun
xv