Page 107 - Politik Kelembagaan Agraria Indonesia: Jalan Terjal Pembentukan Kelembagaan dan Kebijakan Agraria, 1955-2022
P. 107

Politik Kelembagaan Agraria Indonesia

                          struktur organisasi Jawatan Agraria (Harsono, 1958b).
                              Keberadaan Kementerian Agraria setelah dibentuk
                          (disempurnakan) kelembagaannya pada tahun 1955 masih
                          belum fokus pada semua  bagian-bagian dari tugasnya.
                          Fokus utamanya adalah membangun hukum pertanahan
                          nasional atau menyelesaikan draft UUPA. Sekalipun per-
                          soalan hak atas tanah (bekas hak Barat) menjadi prioritas
                          yang harus diselesaikan, namun persoalan hukum agraria
                          menjadi tugas yang krusial dan mendesak. Keberadaan
                          Biro Hukum dan Bagian Politik Agraria di pusat menyiap-
                          kan agenda tersebut dan melakukan komunikasi intensif
                          dengan berbagai pihak termasuk DPR. Terkait hak atas
                          tanah, karena menyangkut hak-hak atas tanah Eropa dan
                          membutuhkan pertimbangan hukum, maka Jawatan Pen-
                          daftaran  tetap  dibiarkan di  bawah Departemen  Keha-
                          kiman, yang keberadaannya sudah ada sejak tahun 1954.
                          Di bawah Departemen Kehakiman  pekerjaan hak  atas
                          tanah diselesaikan sampai akhirnya dikembalikan ke Ke-
                          menterian Agraria tahun 1957 lewat Keputusan Presiden
                          No. 190 Tahun 1957.


                          D. Penataan Hak Atas Tanah: Nasionalisasi dan
                             Konversi sebelum UUPA

                              Menurut Kanumoyoso (2001), sebelum 27 Desember
                          1958 UU No. 86 Tahun 1958 tentang Nasionalisasi dike-
                          luarkan  pada  tanggal  5  Desember  1958,  Departemen
                          Kehakiman telah mengusir 46.000 warga negara Belanda
                          dari Indonesia. Kemudian pada tanggal 13 Desember 1958
                          hampir semua perusahaan Belanda telah diambil alih oleh

                                                                              71
   102   103   104   105   106   107   108   109   110   111   112