Page 84 - Politik Kelembagaan Agraria Indonesia: Jalan Terjal Pembentukan Kelembagaan dan Kebijakan Agraria, 1955-2022
P. 84

M. Nazir Salim, Trisnanti Widi R, Diah Retno W.

                        tanggal yang sama dan kemudian dibahas lalu disahkan
                        pada tanggal 24 September 1960.
                            Keberadaan Kementerian Agraria pada tahun  1955
                        lebih banyak menyelesaikan tupoksi sebagaimana perintah
                        Keppres  No. 55/1955, dengan  fokus menyiapkan  draft
                        UUPA lewat Tim Panitia Agraria yang telah dibentuk.
                        Sementara pekerjaan lain terkait hak-hak atas tanah yang
                        harus  diselesaikan,  khususnya  sisa-sisa  peninggalan
                        Belanda diurus oleh lembaga lain. Pada periode tersebut,
                        pemerintah memindahkan  sementara pengurusan  hak
                        atas tanah atau Jawatan Pendaftaran Tanah ke Kemente-
                        rian Kehakiman lewat UU No. 24 Tahun 1954. Pertanya-
                        annya mengapa bidang pendaftaran tanah atau hak-hak
                        atas  tanah  dipindahkan  ke  Kementerian  Kehakiman?
                        Karena yang diurus adalah persoalan hukum barang dan

                        hak-hak peninggalan lama,  baik milik orang asing atau
                        milik orang Indonesia  asli, sehingga  sangat tepat jika
                        dalam situasi yang serba terbatas sumber daya manusia
                        (SDM) dan ahli hukum, persoalan tersebut diurus oleh
                        Kementerian Kehakiman  sampai Kementerian  Agraria
                        lebih siap.
                            Pada periode tersebut, telah banyak terjadi pemin-
                        dahan barang tetap ke pihak-pihak asing yang seharusnya
                        diurus oleh negara, sementara Kementerian Agraria tidak
                        memiliki kesempatan untuk mengurus persoalan tersebut
                        karena  tidak memiliki perangkat kelembagaan  sampai
                        tingkat  daerah,  sehingga  dirasa  perlu  memindahkan
                        sementara urusan hak atas tanah kepada kementerian
                        Kehakiman, agar bisa ditata lebih rapi terkait  hak-hak

                         48
   79   80   81   82   83   84   85   86   87   88   89