Page 243 - Transformasi Masyarakat Indonesia dan Historiografi Indonesia Modern
P. 243
Djoko Suryo
pilihan terakhir apabila tidak ada solusi konflik yang memuas-
kan. Sebaliknya, apabila peperangan antar keluarga raja meletus,
maka pada akhirnya juga diperlukan solusi yang tepat, di anta-
ranya ialah dengan dilakukannya perjanjian perdamaian, yang
hasilnya diharapkan dapat memuaskan semua pihak. Peristiwa
semacam itulah pada hakekatnya yang menjadi pangkal berdi-
rinya Kraton Yogyakarta (1755) dan Hamengku Buwana I naik
tahta menjadi sultan pertama di kraton tersebut.
Sesuai dengan konvensi yang berlaku, penguasa kraton baru
juga perlu memperoleh legitimasi kedudukan dan kekuasaan
dengan membangun atribut, simbol dan identitas raja dan ker-
ajaan yang baru seperti yang dilakukan Kraton Yogyakarta Cilik
(negara) dan Jagad Gedhe (Alam Semesta). Disamping itu, ke-
agungan raja sebagai penguasa yang mendapat mandat dari
Yang Maha Kuasa (Gung Binathara) ditunjukkan dalam kebijak-
sanaan dan tanggungjawab untuk melindungi rakyatnya, serta
memelihara ketenteraman dan keberlangsungan kehidupan
kerajaan dan rakyatnya. Secara konseptual raja memiliki tang-
gungjawab sebagai penerus atau pembangun kembali kesatuan
kedaulatan kerajaan (maintainer atau restorer) di Jawa. Tugas
utama raja Jawa termasuk tugas raja di Kraton Yogyakarta ada-
lah menjadi guardian, preserver, maintainer dan restorer keber-
langsungan kehidupan kraton dan kerajaannya (negara) dalam
menghadapi kemungkinan terjadinya siklus discord-unity-parti-
tion-discord yang sering muncul dalam perjalanan sejarah Kraton
Jawa.
Daftar Raja-Raja di Jawa
Mataram
Panembahan Senopati 1575-1601
Pangeran Seda ing Krapyak 1601-1613
Sultan Agung 1613-1645
Amangkurat I 1645-1677
222