Page 249 - Transformasi Masyarakat Indonesia dan Historiografi Indonesia Modern
P. 249

Djoko Suryo

            Hamengku Buwono I. la naik takhta pada tahun 1755, setelah
            lama berjuang melawan VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie
            atau The Dutch East India Company) atau Kompeni Belanda yang
            sejak pertengahan abad ke-18 mencampuri dan mulai menguasai
            kekuasaan pemerintahan Kerajaan Mataram Islam di Jawa. la
            merupakan salah seorang putra Sunan Amangkurat IV yang
            memerintah Kerajaan Mataram Islam di Kartasura (1719-1726)
            dan adik laki laki Sunan Paku Buwana II yang bertakhta di istana
            Kraton Surakarta (1726-1749) setelah kraton Mataram Islam ber-
            pindah dari Kartasura ke Surakarta. Sunan Amangkurat IV sen-
            diri merupakan keturunan Panembahan Senapati, pendiri
            Kerajaan Mataram Islam pertama yang berpusat di Kotagede
            (1578-1602), dan juga keturunan Sultan Agung Raja Mataram
            Islam terkemuka yang berpusat di Plered (1613-1645). Baik Kota-
            gede maupun Plered terletak di wilayah Jawa Tengah Selatan
            yang kini menjadi bagian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.
            Pusat Kerajaan Mataram Islam pada masa awal ini pada haki-
            katnya terletak di bekas wilayah Kerajaan Mataram Hindu dari
            abad ke-7-9, tempat Candi Borobudur dan Candi Prambanan,
            berdiri sebagai warisan monumental dari kebudayaan zaman
            Hindu Buddha di Jawa.
                Pangeran Mangkubumi mengangkat senjata melawan Kom-
            peni Belanda dan penguasa Kraton Surakarta yang dianggap
            telah menjadi bonekanya dari 19 Mei 1746 hingga berakhir 13
            Februari 1755. Mangkubumi menganggap bahwa Kraton Sura-
            karta pada masa itu telah berada di tangan Belanda. Perlu dica-
            tat bahwa sejak beberapa lama pemberontakan dan peperangan
            yang terjadi di Kraton Jawa berakhir dengan ikatan perjanjian-
            perjanjian yang menguntungkan pihak Belanda dan merugikan
            pihak Kraton. Sejak Kompeni Belanda ikut campur dalam Perang
            Trunajaya (1676-1679) dan Pemberontakan Cina (1740-1743),
            Kerajaan Mataram harus kehilangan wilayahnya di Priyangan,
            Jawa Barat, dan daerah Pesisir Utara Jawa. Keadaan ini menjadi
            semakin buruk ketika Sunan Paku Buwana II jatuh sakit. Sebelum

            228
   244   245   246   247   248   249   250   251   252   253   254