Page 250 - Transformasi Masyarakat Indonesia dan Historiografi Indonesia Modern
P. 250
Transformasi Masyarakat Indonesia...
ia meninggal, ia dipaksa oleh VOC untuk menandatangani per-
janjian yang berisi pemindahan kekuasaan pengawasan atas
Kerajaan Mataram ke tangan Kompeni Belanda untuk menjamin
agar putranya Adipati Anom dapat menggantikannya dan naik
takhta kerajaan di Surakarta. Perjanjian ini telah menjadikan
Kompeni Belanda menganggap Kerajaan Mataram telah menjadi
miliknya dan raja hanyalah sebagai bawahannya. Sebagai aki-
batnya, Belanda menganggap dirinya memiliki hak penuh untuk
menentukan proses penggantian takhta kerajaan di Surakarta.
Sebaliknya hal ini telah menjadikan Pangeran Mangkubumi, yang
menjadi salah seorang pewarisnya, sangat kecewa. Pada waktu
Paku Buwana II meninggal, Kompeni Belanda mengangkat Adi-
pati Anom menjadi penggantinya dan bergelar Sunan Paku Bu-
wana III pada 15 Desember 1749. Mendengar rencana Kompeni
Belanda akan melakukan penobatan Adipati Anom tersebut,
para pendukung dan pengikut Pangeran Mangkubumi dengan
segera melakukan gerak cepat untuk lebih dahulu mengangkat
dan menobatkannya menjadi Raja Mataram di Sukawati pada
12 Desember 1749, sebagai tanda penentangan mereka terhadap
tindakan Kompeni Belanda. Selain Pangeran Mangkubumi,
perang melawan Kompeni Belanda dan pihak penguasa kraton
juga dilancarkan oleh Raden Mas Said (pada masa kemudian
bergelar Mangkunegara I), yang juga memiliki alasan yang sama.
Perang ini, yang juga dikenal sebagai Perang Suksesi III,
berakhir dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755. Per-
janjian ini juga dikenal sebagai perjanjian Palihan Nagari (Pem-
bagain Kerajaan), yang sebenarnya membagi wilayah Jawa men-
jadi dua kerajaan, yaitu Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan
Kesunanan Surakarta Hadiningrat. Pangeran Mangkubumi yang
kemudian bergelar Sultan Hamengku Buwana I mendirikan kra-
tonnya di wilayah yang semula disebut Hutan Beringan (Kraton
Yogyakarta sekarang).
Nama Ngayogyakarta berasal dari kata Sansekerta Ayodya
atau dalam bahasa Jawa Ngayodya, merupakan nama ibukota
229