Page 254 - Transformasi Masyarakat Indonesia dan Historiografi Indonesia Modern
P. 254

Transformasi Masyarakat Indonesia...

               sional ke masa kolonial dan masa kemerdekaan maka terjadilah
               pergeseran konsepsi dan kedudukan raja di Kraton Yogyakarta,
               yaitu pergeseran dari konsep raja sebagai penguasa kerajaan
               yang secara absolut memegang kekuasaan atas nama Yang Maha
               Kuasa (Divine King) ke konsep raja sebagai pemimpin rakyat
               atau “raja-rakyat” (popular king) dan raja sebagai simbol “pe-
               mimpin kebudayaan” atau “raja-kebudayaan” (cultural king).
               Secara kultural, dengan demikian, gelar raja tidak mengalami
               perubahan, namun secara politis dan sosial terjadi perubahan
               konsepsi kedudukan dan fungsi raja.
                   Konsep dan kedudukan yang pertama secara umum, masih
               dapat ditemukan dalam pemerintahan Sultan Hamengku Bu-
               wana I (1749-1792) sampai dengan Hamengku Buwana VIII (1921-
               1939), yang memerintah dari masa awal berdirinya Kesultanan
               Yogyakarta sampai masa menjelang berakhirnya Pemerintahan
               Kolonial Belanda (1939). Sementara yang kedua terakhir berlaku
               pada Sultan Hamengku Buwana IX dan kemudian Hamengku
               Buwana X. Sultan Hamengku Buwana IX menduduki tahta pada
               1939-1988, yaitu dari masa berakhirnya penjajahan Belanda
               (1942) dan Jepang (1942-1945) sampai dengan masa kemerdekaan
               (1945-1988), dan pengurusnya Sultan Hamengku Buwana X men-
               duduki takhta dari 1989 hingga masa kini. Perlu dikemukakan,
               meskipun tahun 1831 Kraton Yogyakarta berkedudukan sebagai
               bagian dari Daerah Praja Kejawen (Vorstenlanden) yang ada di
               bawah naungan Pemerintah Kolonial Belanda, namun secara
               internal sultan pada masa itu masih memiliki otoritas tradisio-
               nalnya, sehingga kedudukan dan kekuasaan tradisionalnya seca-
               ra lokal masih berlaku.
                   Namun, ketika Sultan Hamengku Buwana IX menyatakan
               bahwa sejak proklamasi kemerdekaan (1945) daerah Kesultanan
               Yogyakarta menjadi bagian wilayah Negara Republik Indone-
               sia, maka sejak itu pula secara langsung Sultan menyatukan diri
               ke dalam kancah perjuangan Bangsa Indonesia untuk menegak-
               kan Republik Indonesia. Perjuanganya tidak hanya berhenti di

                                                                        233
   249   250   251   252   253   254   255   256   257   258   259