Page 100 - Problem Agraria, Sistem Tenurial Adat, dan Body of Knowledge Ilmu Agraria- Pertanahan (Hasil Penelitian Sistematis STPN 2015)
P. 100

Yahman, Akur Nurasa, Westi Utami
            82

                Penyebab  okupasi  tanah perkebunan  yaitu  masyarakat penggarap
            menuntut pengembalian  atas  tanah yang  diserahkan  ke pihak perkebunan
            pada tahun 1969 sebagai pelaksanaan Surat Keputusan Panitia Landreform
            Daerah Kabupaten Deli Serdang dengan surat tanggal 27 Nopember 1969 No.
            1/II/LR/69/PP. alas an  penuntutan  masyarakat  bahwa  mereka dahulu  pada
            tahun  1969 dipaksa  pindah oleh  pihak  perkebunan dengan dibantu aparat
            militer dari perkampungan yang ditempati tanpa pemberian ganti rugi yang
            layak atas tanah dan bangunan mereka, bahkan ada yang tidak menerima ganti
            rugi karena tida bersedia menyerahkan tanahnya kepada pihak perkebunan.
                Adapun  penyebab  okupasi  tanah  perkebunan PT.  PTPN II  oleh
            masyarakat disebabkan oleh :
            1.   Klaim dari masyarakat.
                PTPN II berkeinginan  untuk mengambil  kembali  tanah-tanah yang
                dipinjamkan kepada masyarakat untuk diolah secara mekanisme dan
                akan digunakan sebagai perkebunan karet. Terhadap keinginan PTPN
                II, masyarakat menolak dan enggan menyerahkan tanah dimaksud dan
                selanjutnya  mengklaim  bahwa tanah tersebut adalah tanah garapan
                mereka yang telah dikuasai sejak tahun 1950 an.
            2.  Penggunaan tanah tidak efektif dan tidak terpasangnya tanda batas.
                Keberadaan PTPN II tersebut belum sepenuhnya/belum keseluruhan
                mengelola tanah yang dikuasainya, kemudian tanah-tanah yang belum
                efektif  tersebut dipergunakan kepada msyarakat dalam bentuk sewa.
                Pada  akhirnya  pengerjaan tanah  yang tidak  efektif tersebut  menjadi
                salah satu penyebab terjadinya okupasi. Penggunaan tanah yang tidak
                efektif memberikan peluang kepada masyarakat untuk mengelola tanah-
                tanah  yang  secara  yuridis  telah mempunyai kekuatan hukum  tetap
                (dikuasai dengan HGU), namun secara fakta masyarakat beranggapan
                bahwa tanah tersebut adalah tanah yang bebas digunakan oleh siapa
                saja sehingga mereka berlomba-lomba untuk membuka areal pertanian.
                Adanya hak sewa masyarakat lain untuk mengelola tanah-tanah yang
                tidak efektif selain yang telah diperjanjikan atau yang diijinkan pihak
                perusahaan,  atau  dengan kata lain  secara  tidak langsung masyaraat
                melakukan usaha pertanian pada lokasi HGU yang tidak produktif.



            4. Upaya Penyelesaian Okupasi Tanah Perkebunan
                Dengan pertambahan  jumlah penduduk  yang  cukup pesat  akan
            mengakibatkan  kebutuhan  akan  tanah semakin  meningkat sedangkan
   95   96   97   98   99   100   101   102   103   104   105