Page 105 - Problem Agraria, Sistem Tenurial Adat, dan Body of Knowledge Ilmu Agraria- Pertanahan (Hasil Penelitian Sistematis STPN 2015)
P. 105

Konflik di Perkebunan Eks. HGU PTPN II Sumatera Utara  87


              penanaman tebu, jagung dan lain sebagainya.
                  Kedua  pada  sisi  pendistribusian. Pada  sisi  ini, masih  banyak
              pertanyaan yang harus dijawab adalah : siapa yang akan menjadi subyek
              (penerima manfaat langsung pembagian tanah), dengan cara bagaimana
              redistribusi tanah ini akan dilakukan dan apa bentuk hak yang akan timbul
              atas tanah-tanah tersebut, program ikutan apa yang akan dijalankan oleh
              pemerintah untuk  melindungi  para penerima  manfaat program.  Serta
              bagaimana  status  tanah  yang  sudah berpindah kepada  pihak lain baik
              sebagai hak milik maupun sewa. Pertama jika benar yang diungkap Alm
              Tengku Rijal Nurdin (2003) bahwa rakyat yang akan mendapatkan tanah
              eks HGU adalah mereka-mereka yang memiliki alas hak yang jelas. Dengan
              demikian, masyarakat yang selama ini melakukan reklaiming, dan sebagian
              telah melakukan pengeloaan terhadap tanah tersebut akan menjadi pihak
              yang  dirugikan  sebab kebanyakan  dari  mereka  tidak memiliki  alas hak
              sebagaimana yang diatur dalam KUHP Perdata (kecuali alas historis).
                  Soal  ini  tentu  saja  akan  menjadi  polemik  baru  pada  situasi  konflik
              agraria  di Sumatera  Utara.  Sebab  jika  redistribusi  salah  sasaran,  bukan
              penyelesaian  yang  akan  terjadi  tetapi  justru  konflik  baru.  Kedua,
              sebagaimana  yang  dijelakan  oleh  AP Parlindungan (Komentar  Atas UU
              Pokok Agraria. (42-44.2008) bahwa wewenang hak menguasai dari Negara
              dalam sebagaimana diatur dalam pasal 2 UUPA yang berbunyi:

              a.  Mengatur   dan   menyelenggarkan   peruntukkan,  penggunaan,
                  persediaan dan pemeliharaannya.
              b.  Menentukan dan mengatur hak-hak yang dapat dipunyai atas (bagian
                  dari) bumi, air dan ruang angkasa itu.
              c.   Menentukan  dan  mengatur hubungan-hubungan  hukum  antara
                  orang-orang dan  perbuatan  hukum  mengenai  bumi,  air dan  ruang
                  angkasa.


              6. Kewenangan Pemerintah dan Pemerintah Daerah
                  Negara  (pemerintah  pusat)  memiliki wewenang  tertinggi dalam
              pengelolaan agraria, sedangkan pemerintah daerah tidak boleh melakukan
              tindakan kewenangan  agraria kecuali kewenangan  yang  didelegasikan
              oleh  pemerintah  pusat.  Hal senada  disampaikan  bahwa sekalipun
              didalam Udang-undang 32/2004 tentang Otonomi Daerah serta Peraturan
              Pemerintah No 38/2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara
   100   101   102   103   104   105   106   107   108   109   110