Page 248 - Problem Agraria, Sistem Tenurial Adat, dan Body of Knowledge Ilmu Agraria- Pertanahan (Hasil Penelitian Sistematis STPN 2015)
P. 248
I Gusti Nyoman Guntur, Dwi Wulan Titik Andari, Mujiati
230
ini dapat dimulai melalui kegiatan pemetaan penguasaan dan pemanfaatan
tanah penduduk lokal.
Berdasar bahasan di atas, dilihat dari pola penguasaan dan pemanfaatan
tanah di Kalteng terdapat kawasan hutan dan nonkawasan hutan. Dalam
kawasan hutan terdapat penguasaan hak-hak lama atas tanah (berupa
tanah ulayat dan tanah milik individu) dan penguasaan tanah Negara oleh
otoritas Kehutanan (lihat Gambar 5).
Gambar 5: Skema Pemanfaatan dan Penguasaan Tanah
1. Penguasaan Hak-Hak Lama Atas Tanah
Bahasan pada huruf A, B, dan C Bab IV di atas, diketahui bahwa makna
dan fungsi tanah bagi masyarakat adat Dayak bukan hanya sekedar sumber
penghidupan sehingga perlu dimanfaatkan dan dipelihara secara baik,
tetapi juga secara spiritual tanah merupakan jalur hubungan dengan para
leluhurnya. Sebagai wujud rasa hormat dan terima kasih kepada para leluhur
(sekaligus pada sang pencipta) yang telah memberikan tempat hidup dan
sumber kehidupan atas hutan (tanah), dilakukan dengan menggarap dan
memelihara tanah sebaik mungkin, serta setiap saat dilakukan ritual-
ritual adat tertentu sebagai persembahan. Dapat dikatakan, hak atas tanah
masyarakat adat yang dimiliki secara individu, keluarga (sedarah) dan atau
komunal merupakan dasar kuat untuk menyelenggarakan hubungan lahir-
bathin dengan para leluhur secara turun temurun.
Menurut prinsip hukum adat yang diakui eksistensinya oleh UUPA,
intensitas hubungan seseorang dengan tanah akan menentukan tebal tipis