Page 243 - Problem Agraria, Sistem Tenurial Adat, dan Body of Knowledge Ilmu Agraria- Pertanahan (Hasil Penelitian Sistematis STPN 2015)
P. 243

Pengakuan Penguasaan dan Pemanfaatan Tanah dalam ...  225


              hutan, pada prinsipnya semua hak-hak pihak ketiga yang sah dan dalam
              kawasan hutan harus  dihormati. Statusnya  tidak boleh menjadi bagian
              dari  kawasan hutan. Pembuktian keabsahan hak-hak masyarakat  adat,
              harus  dilakukan instansi berwenang  dengan melibatkan berbagai  pihak
              berkompeten  di  bidang  pertanahan.  Yang  juga  perlu  disadari  bahwa
              pembuktian kepemilikan hak atas tanah tidak hanya selalu dalam bentuk
              sertifikat,  namun  juga  dapat  dimulai  dari  yang  tidak  tertulis  sekalipun.
              Skema pengukuhan  dan pembuktian  hak  dapat  membuat pengukuhan
              kawasan hutan cepat, dengan menjalankan proses sebagaimana ketentuan
              penetapan batas bidang-bidang tanah dalam PMNA/KBPN Nomor 3 Tahun
              1997. Perda yang ada belum menggambarkan batas lokasi wilayah adat dan
              menjadi  pekerjaan  rumah  yang  harus  segera  diselesaikan.  Putusan MK
              35 menyatakan bahwa status hutan adat bukan lagi hutan Negara. Agar
              operasionalisasi  menjadikan bukan hutan  adat memberikan kepastian
              hukum, maka  dalam  penataan batas kawasan hutan,  sekaligus juga
              merupakan proses menyelesaikan permasalahan dengan masyarakat adat
              setempat, bukan sekadar memasang patok.  Harus juga diselesaikan hak
              masyarakat yang kemungkinan masuk ke dalam kawasan hutan.



              B.   Tuntutan Kepemilikan Tanah yang Adil Melalui
                  Program Dayak Misik

                  Kearifan  adat berbasis komunitas merupakan kerangka  sosial
              budaya  bangsa  yang  urgen  untuk direvitalisasi, diperkaya, diperkuat
              dan  ditumbuhkembangkan  sebagai  landasan baru mengarah  pada
              perubahan kebijakan  pengelolaan  sumber  daya hutan (tanah),  karena
              masyarakat adat terbukti mampu menyangga kehidupan dan keselamatan
              komunits secara mandiri sekaligus menyangga kehidupan sosial-ekologis
              secara  berkelanjutan. Komunitas  adat  Dayak  di Kalteng  yang  berada
              dalam kawasan hutan merasakan betapa  pahitnya kondisi  tekanan
              regulasi otoritas  kehutanan yang  menyudutkan dalam  perencanaan dan
              pengelolaan hutan secara adat yang hampir telah berlangsung secara turun
              temurun dan berkelanjutan. Semestinya pemerintah (dalam hal ini otoritas
              Kehutanan) memberikan  rasa  aman  dan nyaman bagi masyarakat  adat
              Dayak dengan melakukan identifikasi dan delineasi, untuk mengeluarkan
              desa-desa (termasuk  tanah-tanah)  tersebut  dari kawasan hutan  agar
              masyarakat  dapat memenuhi hak  sebagai  warga Negara  sebagaimana
              mestinya, sebab penetapan kawasan hutan yang dialami masyarakat adat
   238   239   240   241   242   243   244   245   246   247   248